Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GP Farmasi: Pasar Tumbuh Tipis

Menanggapi proyeksi dari Kemenperin, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi) Darodjatun Sanusi mengungkapkan pihaknya dan pelaku usaha memilih untuk lebih realistis dalam menjalani tahun ini.
Pameran produk bahan baku industri farmasi, pangan fungsional, serta produk nutrisi dan kesehatan pada CPhI South East Asia dan Hi South East Asia 2017 di Jakarta, Rabu (22/3)./JIBI-Dwi Prasetya
Pameran produk bahan baku industri farmasi, pangan fungsional, serta produk nutrisi dan kesehatan pada CPhI South East Asia dan Hi South East Asia 2017 di Jakarta, Rabu (22/3)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA— Kementerian Perindustrian menargetkan industri farmasi serta produk obat kimia dan tradisional dapat tumbuh 6,38% pada sepanjang tahun ini. Angka tersebut tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan pada 2017 lalu yang sebesar 6,08%.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi) Darodjatun Sanusi mengungkapkan pihaknya dan pelaku usaha memilih untuk lebih realistis dalam menjalani tahun ini.

 “Saya melihat pertumbuhannya akan tetap ada walaupun tidak signifikan. Jadi, industri farmasi ini bisa dikatakan tetap menunjukan tren positif,” ujarnya, Selasa (16/1/2018).

Darodjatun menanggapi proyeksi Kementerian Perindustrian yang mematok target pertumbuhan industri farmasi serta produk obat kimia dan tradisional sebesar 6,38% pada tahun ini. Angka tersebut tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan pada 2017 lalu sebesar 6,08%.

Menurut Darodjatun, tingginya harga obat membuat pebisnis bersikap moderat. Selain itu, impor produk farmasi dalam bentuk jadi yang sudah siap dikonsumsi juga dapat menghambat laju industri dalam negeri. GP Farmasi mengklaim bahwa industri farmasi di Tanah Air saat ini sudah dapat mencukupi 73% kebutuhan obat di dalam negeri.

Kuartal I/2018 dipandang dapat menjadi momentum untuk menggenjot penyerapan produk farmasi. “Program JKN [Jaminan Kesehatan Nasional] menjadi penggerak permintaan obat,” ujar Dorodjatun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andry Winanto
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper