Bisnis.com, JAKARTA— Kementerian Perindustrian menargetkan industri farmasi serta produk obat kimia dan tradisional dapat tumbuh 6,38% pada sepanjang tahun ini. Angka tersebut tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan pada 2017 lalu yang sebesar 6,08%.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi) Darodjatun Sanusi mengungkapkan pihaknya dan pelaku usaha memilih untuk lebih realistis dalam menjalani tahun ini.
“Saya melihat pertumbuhannya akan tetap ada walaupun tidak signifikan. Jadi, industri farmasi ini bisa dikatakan tetap menunjukan tren positif,” ujarnya, Selasa (16/1/2018).
Darodjatun menanggapi proyeksi Kementerian Perindustrian yang mematok target pertumbuhan industri farmasi serta produk obat kimia dan tradisional sebesar 6,38% pada tahun ini. Angka tersebut tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan pada 2017 lalu sebesar 6,08%.
Menurut Darodjatun, tingginya harga obat membuat pebisnis bersikap moderat. Selain itu, impor produk farmasi dalam bentuk jadi yang sudah siap dikonsumsi juga dapat menghambat laju industri dalam negeri. GP Farmasi mengklaim bahwa industri farmasi di Tanah Air saat ini sudah dapat mencukupi 73% kebutuhan obat di dalam negeri.
Kuartal I/2018 dipandang dapat menjadi momentum untuk menggenjot penyerapan produk farmasi. “Program JKN [Jaminan Kesehatan Nasional] menjadi penggerak permintaan obat,” ujar Dorodjatun.