Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Komentar Gapmmi Soal Cukai Minuman Berkarbonasi

Industri pengolahan di Indonesia tengah menanti babak baru terkait wacana pemerintah untuk mengenakan cukai pada golongan minuman berkarbonasi. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan saat ini jajarannya hanya fokus pada pemenuhan regulasi yang sudah berlaku.
Ilustrasi/Jibi-Nurul Hidayat
Ilustrasi/Jibi-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Industri pengolahan di Indonesia tengah menanti babak baru terkait wacana pemerintah untuk mengenakan cukai pada golongan minuman berkarbonasi.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan saat ini jajarannya hanya fokus pada pemenuhan regulasi yang sudah berlaku.

“Selain itu, target utama kami adalah bagaimana meningkatkan pertumbuhan industri,” ujarnya di Jakarta. Kamis (11/1/2018).

Namun, Adhi juga berharap pemerintah dapat menelurkan peraturan-peraturan yang mendukung iklim bisnis di Tanah Air. Apalagi, target pertumbuhan industri yang dipatok pemerintah berada pada level 8,4%, lebih tinggi dari prediksi pertumbuhan di sepanjang 2017 yang sekitar 7%.

Dia melanjutkan, apabila industri makanan dan minuman nasional dapat meningkat dengan baik, otomatis produksi dan pendapatan juga akan naik. Hal tersebut tentu saja ikut mengerek perolehan pajak yang dihimpun oleh pemerintah.

“Saya melihat apabila rencana pemberlakuan itu jadi ditetapkan, akan ada potensi tergerusnya penjualan yang berimbas dari penurunan pajak,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama Adhi juga mengungkapkan  penjualan makanan dan minuman pada Ramadhan tahun lalu tidak menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Padahal, momentum bulan suci sangat dinanti oleh pelaku usaha untuk menggenjot penjualan menjadi lebih tinggi.

“Peningkatan penjualannya cuma 5% dari rata-rata penjualan setiap bulannya, hal tersebut sangat berbeda sekali dengan tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.

Adhi menilai, salah satu penyebab rendahnya penjualan pada Ramadhan 2017 adalah karena perubahan pola konsumsi masyarakat yang mulai bergeser. Padahal, peningkatan penjualan bisa mencapai dua digit pada saat tersebut.

“Contoh sederhanannya adalah masyarakat saat ini sudah mulai mengurangi pembelian makanan dan minuman untuk diberikan kepada keluarganya,” terangnya.

Adapun, volume transaksi per bulan penjualan makanan dan minuman pada 2017 menurut catatan Adhi adalah sekitar Rp110 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andry Winanto

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper