Bisnis.com, JAKARTA—PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. memproyeksikan permintaan semen pada tahun depan tidak akan jauh berbeda dengan tahun ini. Proyek infrastruktur masih menjadi harapan untuk mendorong konsumsi semen domestik.
Agung Wiharto, Corporate Secretary Semen Indonesia, mengatakan sepanjang 2017 pertumbuhan permintaan diproyeksikan sebesar 5% secara tahunan. Namun, sampai Oktober 2017, permintaan telah tumbuh di atas 5%, yaitu 7,3% y-o-y.
“Tahun depan proyeksi kami masih di antara 5% hingga 7%, terutama didorong oleh proyek infrastruktur pemerintah. Proyek ini kan multiyears, sampai tahun depan masih jalan,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (19/12/2017).
Dengan masih berjalannya proyek infrastruktur pemerintah, permintaan semen curah diperkirakan bakal melanjutkan tren peningkatan. Agung menyatakan sebelum 2016, porsi penjualan semen curah selalu di bawah 20% dibandingkan total penjualan.
Tahun ini kontribusi penjualan semen curah akan mencapai 25%. “Dalam 2 tahun terakhir curah naik, sebagian besar untuk proyek infrastruktur dan proyek besar lainnya,” ujarnya.
Terkait dengan ekspor, Agung mengatakan Semen Indonesia lebih mengutamakan pasar domestik. Ketika pasar domestik sudah tidak mampu menyerap pasokan semen, perseroan baru melempar produk semen ke pasar ekspor.
Pada Oktober 2017, penjualan Semen Indonesia di pasar ekspor tumbuh 131,2% y-o-y. Walaupun mengalami kenaikan yang besar, kontribusi penjualan ekspor ini hanya 4% dibandingkan total volume penjualan. “Ekspor ini menjadi pilihan kedua,” katanya.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian mendorong pabrikan semen nasional untuk meningkatkan ekspor dan melakukan efisiensi karena industri mengalami kelebihan pasokan beberapa tahun terakhir. Agung berpendapat efisiensi menjadi salah satu pilihan untuk menekan penurunan margin dan kerugian akibat turunnya harga semen di pasaran.
Semen Indonesia Grup banyak melakukan efisiensi pada sektor energi karena menjadi beban operasi yang paling besar, yaitu 25%, diikuti oleh penggunaan listrik dan transportasi.
“Untuk mengurangi pengunaan batu bara, kami menggunakan energi renewable, seperti sekam padi, kulit jambu mete, batok kelapa, dan tembakau. Selain itu kami juga menjaga konsistensi kualitas batu bara agar pembakaran stabil,” katanya.
Sementara itu, untuk menghemat penggunaan listrik, Semen Indonesia Grup memanfaatkan pembangkit dari limbah perseroan (waste heat recovery power generation/WHRPG) di pabrik Semen Padang sebesar 8,5 megawatt dan di pabrik Tuban sebesar 35 megawatt.
“Di Padang sudah kami mulai sejak 2012, sedangkan di Tuban mulai November tahun ini dan ke depan untuk Semen Tonasa,” kata Agung.