Bisnis.com, JAKARTA—Korn Ferry, salah satu divisi dari Hay Group—firma konsultan manajemen global—memproyeksikan pertumbuhan upah riil di Asia menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan kawasan lain yang ada di dunia.
Berdasarkan data yang diambil dari database upah Korn Ferry yang berisi data lebih dari 20 juta pemegang pekerjaan di 25.000 organisasi pada lebih dari 110 negara, rata – rata penaikan gaji di Asia mencapai 5,4%. Dengan memperkirakan laju inflasi di Asia pada 2018 sebesar 2,6%, penaikan upah riil di Asia—yang dihitung dari penaikan gaji dikurangi dengan inflasi—adalah sebesar 2,8%. Meski menjadi yang tertinggi di dunia, proyeksi penaikan upah riil ini melambat dibandingkan dengan penaikan upah pada 2017 yang diperkirakan naik sebesar 4,3%.
“Penaikan gaji pun juga melambat dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai 6,1%,” tulis rilis Korn Ferry sebagaimana dikutip Bisnis, Senin (18/12/2017).
China masih konsisten dengan penaikan upah riil yang diprediksi sebesar 4,2% pada 2018. Angka ini naik 0,2 poin dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang naik 4%. Meskipun demikian, sebagian besar negara di Asia mengalami perlambatan penaikan prediksi upah riil secara tahunan (y-o-y). Misalnya Vietnam, yang diperkirakan upah riilnya naik “hanya” 4,6% lebih kecil dibandingkan sebelumnya sebesar 7,2%. Demikian halnya dengan Singapura yang juga "hanya" naik 2,3% dari sebelumnya 4,7% serta Jepang dari 2,1% menjadi 1,6%.
“Khususnya untuk Indonesia, kami melihat perlambatan di pasar secara keseluruhan. Menurut data kami, pertumbuhan yang lambat ini semakin diperburuk oleh sektor industri, perkebunan, pertambangan, minyak dan energi,” tambah rilis tersebut.
Indonesia menempati peringkat ke enam pada 2018 dengan proyeksi penaikan upah riil sebesar 3,40%. Penaikan upah riil Indonesia berada di bawah India, Vietnam, Thailand, China, dan Malaysia.
Untuk bertahan di pasar yang lamban, banyak organisasi di Indonesia mengurangi tenaga kerja atau membekukan kenaikan gaji. Di sisi lain, pemerintah saat ini fokus pada pengembangan sektor infrastruktur. Langkah ini memungkinkan industri pendukungnya untuk pulih sedikit dan meningkatkan perkiraan gaji secara keseluruhan di negara ini.
Adapun untuk wilayah lain—seperti Amerika Latin, Afrika, Eropa Timur, Amerika Utara, Eropa Barat, Timur Tengah, dan Australasia—penaikan upah riil secara berurutan sebesar 2,1%, 1,7%, 1,4%, 0,9%, dan 0,7%. Untuk wilayah Amerika Utara, Eropa Barat, dan Timur Tengah proyeksi penaikan upahnya sama, yakni sebesar 0,9%. Korn Ferry memberi catatan, rata-rata penaikan upah regional mengecualikan Venezuela karena inflasi yang sangat tinggi.
Apabila dilihat dari penaikan upah sebelum dikurangi dengan laju inflasi, penaikan upah di Afrika menjadi yang tertinggi dengan persentase 8,5% disusul Amerika Latin yang mencapai 6,2%. Selanjutnya, diikuti oleh Eropa Timur (6,0%), Asia (5,4%), Timur Tengah (3,8%), Amerika Utara (2,8%), Australasia (2,5%), dan Eropa Barat (2,3%).
TEKANAN INFLASI
Secara global, tekanan inflasi menyebabkan proyeksi penaikan upah yang diterima pekerja rata – rata hanya sebesar 1,5%, turun dari prediksi 2017 yang sebesar 2,3% dan prediksi 2016 sebesar 2,5%. Penghitungan ini mengecualikan Venezuela, Argentina dan Ukraina.
“Dengan inflasi yang meningkat di sebagian besar belahan dunia, kami melihat adanya pemangkasan terhadap kenaikan upah riil di seluruh dunia," kata Bob Wesselkamper, Korn Ferry Global Head of Rewards and Benefits Solutions.
Laju inflasi yang begitu besar di Afrika menjadi salah satu contoh bagaimana laju penaikan upah tergerus oleh besarnya inflasi yang terjadi. Dengan penaikan gaji sebesar 8,5%, rerata karyawan di kawasan itu hanya sesungguhnya hanya menerima 1,7% penaikan upah atau naik 0,7% dibandingkan dengan tahun lalu.
“Di Mesir, gaji teratas akan meningkat sebesar 15%, namun tingkat inflasi 18,8%, artinya karyawan akan melihat pemotongan upah riil sebesar -3,8%,” tambah laporan Korn Ferry.
Wesselkamper menambahkan persentase kenaikan atau penurunan gaji akan bervariasi sesuai peran, industri, negara dan wilayah. Satu hal yang jelas, secara rata-rata karyawan tidak melihat pertumbuhan gaji riil yang sama dengan yang mereka peroleh satu tahun yang lalu.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di negara-negara maju menjaga keseimbangan kenaikan upah. Sementara itu, di negara berkembang, meningkatkan keterampilan pekerja sangat penting bagi perusahaan untuk mempertahankan keunggulan dalam persaingan.
“Karyawan terampil tersebut dapat berharap untuk melihat kenaikan upah karena kekurangan bakat di wilayah tertentu mendorong kenaikan upah.”
Para ahli penetapan upah di Korn Ferry, merekomendasikan untuk menerapkan pendekatan holistik saat menentukan upah.
“Meski indeks inflasi merupakan tolok ukur yang solid untuk mengkaji tren pasar terkait upah, kami merekomendasikan agar perusahaan mengambil sudut pandang yang lebih luas dengan menentukan dan menyetujui langkah-langkah pengendali biaya, strategi bisnis dan kondisi perdagangan setempat. Program kompensasi perlu ditinjau secara berkala untuk memastikannya sesuai dengan perubahan kondisi bisnis dan pasar," kata Benjamin Frost, Global Korn Ferry General Manager - Pay.