Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Macet Jabodetabek Picu Kerugian Rp100 Triliun

Kerugian akibat kemacetan lalu lintas yang terjadi di Jabodetabek selama 2017 mencapai sekitar Rp100 triliun.
Kendaraan terjebak kemacetan imbas pengerjaan proyek pembangunan underpass Mampang-Kuningan di Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta, Selasa (31/10/2017)./Antara-Aprillio Akbar
Kendaraan terjebak kemacetan imbas pengerjaan proyek pembangunan underpass Mampang-Kuningan di Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta, Selasa (31/10/2017)./Antara-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA - Kerugian akibat kemacetan lalu lintas yang terjadi di Jabodetabek selama 2017 mencapai sekitar Rp100 triliun.

Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan berdasarkan perhitungan Bappenas, kerugian akibat kemacetan yang terjadi di DKI Jakarta saja mencapai Rp67,5 triliun.

“Sementara kerugian yang dialami di wilayah Jabodetabek mencapai Rp100 triliun per tahun,” ujarnya di Jakarta pada Minggu (3/12/2017).

Oleh karena itu, dia menjelaskan pihaknya bersama dengan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya telah mempersiapkan berbagai terobosan yang harus dilaksanakan secepatnya untuk mengurangi kerugian tersebut.

Dia menuturkan berbagai terobosan telah disiapkan oleh BPTJ dan terus dikomunikasikan dengan pemerintah daerah di Jabodetabek.

Saat ini, ungkapnya, Jabodetabek memiliki berbagai masalah seperti tingkat kemacetan yang tinggi di mana rasio volume kendaraan dibandingkan dengan kapasitas jalan sudah mendekati 1.

Kondisi tersebut membuat jalan lebih mudah macet ketika terdapat sedikit gangguan seperti penurunan kecepatan pengguna jalan.

Kemudian, sepeda motor di jalanan semakin dominan sementara peran angkutan umum masih rendah. Menurutnya, penggunaan angkutan umum di Jakarta baru 19,8% dan di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) baru 20%.

Oleh karena itu, dia mencontohkan salah satu terobosan kebijakan yang akan diterapkan adalah pengaturan penggunaan sepeda motor.

Menurutnya, pihaknya akan mengatur penggunaan sepeda motor sebagai feeder atau pengumpan dari wilayah pemukiman ke stasiun-stasiun kereta api.

 Guna menunjang kebijakan tersebut, pihaknya juga menyiapkan seperti lajur khusus angkutan umum di wilayah Jabodetabek, park and ride yang memadai, dan menyiapkan berbagai alternatif angkutan umum seperti Shuttle, JRConnexion, dan JAConnexion.

Selain itu, contoh lainnya adalah pengaturan 17 stasiun yang berada di Jakarta. Dia menuturkan moda transportasi berbasis rel saat ini sangat digemari masyarakat.

Kondisi tersebut membuat jumlah penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line bisa mencapai 1 juta orang per hari, dan tidak menutup kemungkinan dapat mencapai 2 juta orang per hari di kemudian hari.

Tingginya jumlah penumpang KRL Commuter Line kerap membuat moda transportasi lainnya menunggu atau mengetem di beberapa stasiun dengan tidak tertib dan kerap membuat kemacetan di jalan raya.

Untuk diketahui, lanjutnya, pergerakan lalu lintas harian di Jabodetabek mencapai sekitar 47,5 juta perjalanan per hari pada 2015. Jumlah tersebut meningkat sekitar 58% dibandingkan dengan 2003 yang 37,3 juta perjalanan per hari.

Dari 47,5 juta perjalanan orang per hari tersebut, sekitar 23,42 juta pergerakan di dalam DKI, 4,06 juta adalah pergerakan komuter, dan 20,02 juta adalah pergerakan lainnya yang melintas DKI Jakarta dan internal Bodetabek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper