Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah dinilai perlu terlibat dalam pengembangbiakan sapi untuk mencapai target swasembada daging sapi pada 2026.
Intervensi pemerintah diantaranya melalui Permentan No 2/2017 yang mengatur ketentuan rasio sapi indukan dan bakalan 1:5 bagi feedloter dan program Upaya Khusus Sapi Wajib Bunting sebesar 4 juta ekor akseptor dan 3 juta ekor sapi bunting.
Direktur Utama PD Dharma Jaya Marina Ratna Dwi Kusumajati menilai perusahaan akan merugi jika breeding mendominasi usaha, sebaliknya bisnis penggemukan lebih menguntungkan. Oleh karena itu, pengembangbiakan semestinya diambil alih oleh pemerintah jika serius ingin mengejar target swasembada.
"Yang utama adalah produksi. Sehingga saya meminta ke pemerintah untuk hadir supaya melaksanakan pengembangbiakan. Yang nantinya ini akan menjadi sumber dari sapi, untuk diberikan ke peternak dengan sejumlah catatan," kata dia usai diskusi terbatas Efektivitas Operasional Kapal Ternak dalam Mendukung Swasembada Daging Sapi, Senin (16/10).
Saat ini Dharma Jaya tengah mengembangkan industri peternakan sapi 2.000 ekor di Kupang, NTT. Dia memproyeksi pengembangan ini dapat memenuhi kebutuhan sapi lokal Jabodetabek dalam tujuh tahun mendatang. "DED, master plan, dan studi kelayakan harus selesai Oktober ini. Januari bisa kerja fisik," imbuhnya.
Terkait subsidi kapal ternak, kata dia, belum efektif mendukung program swasembada daging sapi maupun penurunan harga daging sapi. Kapal ternak memberikan subsidi Rp330.000 per ekor
PD Dharma Jaya mencatat kebutuhan sapi untuk wilayah Jabodetabek sekitar 650 ekor per hari. Namun, dari kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi sekitar 5% yang dikirim dari NTT menggunakan kapal ternak. Adapun sisanya dipenuhi dari sapi impor.
Meski demikian, kata dia, kapal ternak membantu distribusi sapi lokal dari sentra produsen ke konsumen. Penerapan prinsip kesejahteraan hewan pada kapal ternak membantu mengurangi penyusutan bobot sapi dari sebelumnya 22% menjadi 7%-12%. Kualitas daging juga lebih baik.
Penambahan kapal ternak semestinya diikuti dengan peningkatan produksi sapi lokal. "Kapal ini sangat membantu untuk angle yang lain, seperti mengurangi penyusutan bobot sapi dan resiko cidera, kualitas daging lebih baik. Namun, belum berdampak ke swasembada dan penurunan harga," imbuhnya.
Dharma Jaya memperoleh sapi lokal dari NTT sebesar 2.806 ekor pada 2016 dan 1.581 ekor hingga Agustus 2017. Adapun, bobot sapi lokal rata-rata 350 kg - 400 kg dengan rendemen kurang dari 40%. Kondisi ini belum memberikan marjin yang cukup. Berbeda dengan bobot sapi impor bisa mencapai 500 kg dengan rendemen 50% sehingga lebih menguntungkan.
"Tahun depan kami mulai membangun bagaimana bobot sapi di NTT bisa diperbaiki," imbuhnya.