Bisnis.com, JAKARTA - Langkah penutupan beberapa gerai oleh perusahaan ritel dinilai sebagai langkah yang wajar. Pasalnya, industri ritel mulai memasuki periode survival seiring dengan turunnya konsumsi masyarakat.
Executive Director The Nielsen Indonesia Yongky Surya Susilo mengungkapkan adanya penutupan gerai oleh beberapa ritel merupakan hal yang wajar.
"Ritel tutup itu tidak apa-apa. Nantinya di masa mendatang mereka akan ekspansi. Sekarang masuk periode survival. Perusahaan banyak yang mencanangkan efisiensi," ujarnya, Senin (18/9).
Meski konsumsi turun, menurut Yongky, kondisi ekonomi Indonesia masih positif. Hal tersebut ditunjukkan oleh beberapa indikator seperti nilai tukar rupiah terhadap dolar yang masih stabil.
"Indonesia itu negara besar. Konsumsi pasti akan kembali meningkat," paparnya.
Yongky memaparkan model pertumbuhan ekonomi di Indonesia cukup sederhana, yakni konsumsi menyumbang 55% untuk pertumbuhan. Sementara itu, investasi memberikan porsi 33% terhadap pertumbuhan dan sisanya belanja pemerintah.
"Maka dari itu, kami sudah paparkan kepada pemerintah untuk membantu konsumsi," jelas Yongky.
Adapun hadirnya e-commerce diduga sebagian kalangan menjadi salah satu faktor banyaknya ritel tutup. Menanggapi hal tersebut, Yongky menjelaskan tutupnya sejumlah gerai ritel bukan karena e-commmerce. Hal ini lantaran, penjualan gadget, pakaian hingga travel yang mendominasi e-commerce.
Bahkan beberapa e-commerce yang menggarap penjualan consumer goods pun tidak sanggup bertahan dan kemudian gulung tikar.
"Ecommerce disalahkan. Banyak ritel consumer goods tutup bukan karena ecommerce," pungkasnya.