Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garuda Rem Pengadaan Pesawat Baru, Citilink Tetap Ekspansif

Citilink tetap berencana ekspansif meski induk usahanya, Garuda Indonesia, memilih mengerem pengadaan pesawat baru.
Pesawat Citilink di Bandara Ngurah Rai, Bali./JIBI-Abdullah Azzam
Pesawat Citilink di Bandara Ngurah Rai, Bali./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Garuda Indonesia berencana mengerem pengadaan pesawat-pesawat baru, tetapi Citilink Indonesia memastikan rencana itu tidak bakal berdampak terhadap ekspansi maskapai berbiaya murah tersebut, yang merupakan anak perusahaan Garuda.

Vice President Corporate Communication Citilink Indonesia Benny S. Butarbutar mengatakan saat ini rencana ekspansi Citilink dalam 5 tahun ke depan masih sama, termasuk terkait pengadaan armada.

“Tidak akan terganggu. Kami masih akan menambah pesawat-pesawat baru pada tahun-tahun berikutnya sesuai dengan fleet plan. Apalagi, kami juga diminta untuk memperluas jaringan di Indonesia timur,” katanya pada Minggu (3/9/2017).

Benny mengungkapkan Kementerian BUMN meminta Garuda Indonesia dan Citilink untuk bersinergi dalam mengembangkan jaringan penerbangan domestik. Hal itu bertujuan agar pangsa pasar domestik Garuda Indonesia Group semakin besar.

Dalam sinergi itu, Garuda Indonesia dan Citilink akan saling melengkapi jadwal penerbangan yang sudah ada. Artinya, Garuda dan Citilink ke depannya tidak akan melayani penerbangan dalam waktu yang sama.

“Selama ini tidak sedikit slot Garuda dan Citilink yang bersinggungan, sehingga berdampak negatif terhadap masing-masing maskapai. Sekarang, kami diarahkan untuk bersinergi, dan saling melengkapi,” tutur Benny.

Selain itu, lanjutnya, Citilink juga diminta untuk membantu Garuda Indonesia dalam mengembangkan jaringan penerbangan di Indonesia timur. Meski begitu, Citilink juga tetap melakukan ekspansi di Indonesia barat.

Dalam waktu dekat, Citilink akan membuka rute domestik baru dari Medan ke Yogyakarta dengan frekuensi terbang satu kali per hari. Tak hanya itu, Citilink juga menambah frekuensi terbang dari Cengkareng ke Medan menjadi enam kali per hari.

“Sambil menunggu pesawat baru, kami juga tambah terus frekuensi terbang di Indonesia barat. Setelah pesawat ke-50 datang pada Oktober 2017, kami akan fokus lagi ke Indonesia timur untuk membuka rute-rute baru,” ujarnya.

Sekadar catatan, Citilink berencana mendatangkan 35 unit A320Neo hingga 2021. Pada tahun berjalan ini, maskapai baru mendatangkan empat pesawat tipe Airbus 320Neo. Adapun, total armada yang telah dioperasikan Citilink sebanyak 49 pesawat.

Sementara itu, Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menilai Garuda Indonesia Group memang perlu melakukan restrukturisasi rute mengingat rute yang ada saat ini justru memberikan beban yang terlalu tinggi.

“Rute penerbangan Garuda yang menghubungkan kota-kota kecil itu cukup banyak. Padahal, rute-rute yang seperti itu lebih cocok untuk Citilink, di mana menawarkan tarif yang lebih murah ketimbang full services,” katanya.

Arista juga menyambut baik langkah Garuda Indonesia Group untuk mengatur ulang jadwal penerbangan masing-masing maskapai agar tidak lagi bersinggungan. Dia optimistis kinerja Garuda Indonesia Group akan membaik.

Seperti diketahui, Garuda membukukan pendapatan sebesar US$1,88 miliar pada semester I/2017, naik 7% dari periode yang sama tahun lalu. Meski begitu, Garuda justru mencatatkan rugi bersih sebesar US$281,92 juta.

Rugi bersih Garuda disebabkan sejumlah faktor diantaranya adanya transaksi terkait dengan kebijakan pengampunan pajak sebesar US$137 juta. Selain itu, Garuda juga membayar denda kepada pengadilan Australia sebesar US$8 juta akibat kasus persaingan usaha.

Dari sisi operasi, biaya bahan bakar juga membebani kinerja keuangan Garuda. Biaya bahan bakar tercatat meningkat 36,5% menjadi US$571 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$418 juta.

Untuk memperbaiki kinerja keuangan, Garuda berencana melakukan penundaan kedatangan pesawat baru, mulai dari semester I/2017 hingga 2019. Meski begitu, rencana pengadaan pesawat (fleet plan) sampai 2020 masih tetap sama.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) Pahala N. Mansury mengatakan jumlah pesawat baru yang akan didatangkan Garuda sebenarnya tidak berubah. Hanya saja, waktu kedatangannya akan ditunda.

“Sejauh ini fleet plan Garuda Indonesia sampai 2020 itu masih sama, hanya timing-nya saja berubah. Kami sudah bicarakan dengan produsen pesawat, agar delivery pesawat pada 2017-2019 ditunda,” tuturnya.

, JAKARTA - Meskipun Garuda Indonesia berencana mengerem pengadaan pesawat-pesawat baru, Citilink Indonesia memastikan rencana itu tidak bakal berdampak terhadap ekspansi maskapai berbiaya murah tersebut, yang merupakan anak perusahaan Garuda.

Vice President Corporate Communication Citilink Indonesia Benny S. Butarbutar mengatakan saat ini rencana ekspansi Citilink dalam 5 tahun ke depan masih sama, termasuk terkait pengadaan armada.

“Tidak akan terganggu. Kami masih akan menambah pesawat-pesawat baru pada tahun-tahun berikutnya sesuai dengan fleet plan. Apalagi, kami juga diminta untuk memperluas jaringan di Indonesia timur,” katanya pada Minggu (3/9/2017).

Benny mengungkapkan Kementerian BUMN meminta Garuda Indonesia dan Citilink untuk bersinergi dalam mengembangkan jaringan penerbangan domestik. Hal itu bertujuan agar pangsa pasar domestik Garuda Indonesia Group semakin besar.

Dalam sinergi itu, Garuda Indonesia dan Citilink akan saling melengkapi jadwal penerbangan yang sudah ada. Artinya, Garuda dan Citilink ke depannya tidak akan melayani penerbangan dalam waktu yang sama.

“Selama ini tidak sedikit slot Garuda dan Citilink yang bersinggungan, sehingga berdampak negatif terhadap masing-masing maskapai. Sekarang, kami diarahkan untuk bersinergi, dan saling melengkapi,” tutur Benny.

Selain itu, lanjutnya, Citilink juga diminta untuk membantu Garuda Indonesia dalam mengembangkan jaringan penerbangan di Indonesia timur. Meski begitu, Citilink juga tetap melakukan ekspansi di Indonesia barat.

Dalam waktu dekat, Citilink akan membuka rute domestik baru dari Medan ke Yogyakarta dengan frekuensi terbang satu kali per hari. Tak hanya itu, Citilink juga menambah frekuensi terbang dari Cengkareng ke Medan menjadi enam kali per hari.

“Sambil menunggu pesawat baru, kami juga tambah terus frekuensi terbang di Indonesia barat. Setelah pesawat ke-50 datang pada Oktober 2017, kami akan fokus lagi ke Indonesia timur untuk membuka rute-rute baru,” ujarnya.

Sekadar catatan, Citilink berencana mendatangkan 35 unit A320Neo hingga 2021. Pada tahun berjalan ini, maskapai baru mendatangkan empat pesawat tipe Airbus 320Neo. Adapun, total armada yang telah dioperasikan Citilink sebanyak 49 pesawat.

Sementara itu, Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menilai Garuda Indonesia Group memang perlu melakukan restrukturisasi rute mengingat rute yang ada saat ini justru memberikan beban yang terlalu tinggi.

“Rute penerbangan Garuda yang menghubungkan kota-kota kecil itu cukup banyak. Padahal, rute-rute yang seperti itu lebih cocok untuk Citilink, di mana menawarkan tarif yang lebih murah ketimbang full services,” katanya.

Arista juga menyambut baik langkah Garuda Indonesia Group untuk mengatur ulang jadwal penerbangan masing-masing maskapai agar tidak lagi bersinggungan. Dia optimistis kinerja Garuda Indonesia Group akan membaik.

Seperti diketahui, Garuda membukukan pendapatan sebesar US$1,88 miliar pada semester I/2017, naik 7% dari periode yang sama tahun lalu. Meski begitu, Garuda justru mencatatkan rugi bersih sebesar US$281,92 juta.

Rugi bersih Garuda disebabkan sejumlah faktor diantaranya adanya transaksi terkait dengan kebijakan pengampunan pajak sebesar US$137 juta. Selain itu, Garuda juga membayar denda kepada pengadilan Australia sebesar US$8 juta akibat kasus persaingan usaha.

Dari sisi operasi, biaya bahan bakar juga membebani kinerja keuangan Garuda. Biaya bahan bakar tercatat meningkat 36,5% menjadi US$571 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$418 juta.

Untuk memperbaiki kinerja keuangan, Garuda berencana melakukan penundaan kedatangan pesawat baru, mulai dari semester I/2017 hingga 2019. Meski begitu, rencana pengadaan pesawat (fleet plan) sampai 2020 masih tetap sama.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) Pahala N. Mansury mengatakan jumlah pesawat baru yang akan didatangkan Garuda sebenarnya tidak berubah. Hanya saja, waktu kedatangannya akan ditunda.

“Sejauh ini fleet plan Garuda Indonesia sampai 2020 itu masih sama, hanya timing-nya saja berubah. Kami sudah bicarakan dengan produsen pesawat, agar delivery pesawat pada 2017-2019 ditunda,” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper