Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan farmasi PT Deltomed Laboratories meluncurkan produk herbal terbaru, yaitu OB Herbal Ziplong.
Produk baru itu ditargetkan dapat membantu meningkatkan pangsa pasar perseroan menjadi sebesar 40% di pasar herbal. Deltomed memegang pangsa sebesar 30% dari keseluruhan nilai pasar obat herbal senilai Rp3 triliun.
Direktur Pemasaran PT Deltomed Laboratories Febby Intan menyatakan perseroan berfokus meningkatkan brand awareness terhadap seluruh produk.
”Maka strategi kita adalah dengan menggencarkan belanja iklan dan penetrasi pasar dengan berbagai roadshow ke daerah,” ujar Febby kepada Bisnis usai peluncuran OB Herbal Ziplong di Jakarta, Rabu (26/7/2017).
Menurutnya, Deltomed mengalokasikan bujet iklan yang relatif lebih besar pada tahun ini. Hanya saja, keseluruhan alokasi belanja iklan itu belum terutillisasi sepenuhnya pada semester pertama. “Tentu pada semester kedua penggunaannya lebih kami optimalkan,” ujarnya.
Perusahaan yang didirikan pada 1976 itu mengejar target sebagai pemimpin pasar pada produk obat herbal. “Kami ingin seluruh brand kami bisa sekuat Antangin. OB Herbal Ziplong adalah salah satu brand champion yang ingin kami push ke market,” ujarnya.
Produk yang baru diluncurkan itu masih difokuskan untuk permintaan domestik. Obat batuk herbal itu mulai didistribusikan pada akhir Juli ke seluruh gerai pasar tradisional, peritel, dan apotik seluruh Indonesia.
“Produk ini lebih ditujukan bagi siapa pun yang mengalami gejala batuk dan sedang dalam perjalanan. Mudah dibawa ke mana-mana dan rasa hangatnya bertahan jauh lebih lama.”
Deltomed memproduksi berbagai produk herbal seperti Antangin, Antalinu, Rapet Wangi, Naturslim, Pil Tuntas, Srongpas dan OB Herbal. Seluruh produk itu diolah di pabrik perseroan yang terletak di Wonogiri, Jawa Tengah.
“Tapi bisnis kami masih bertumpu pada penjualan Antangin. Kontribusi produk itu mencapai 75% dari keseluruhan penjualan,” ujar Febby.
Hasil produksi Deltomed tak hanya dipasarkan di dalam negeri, melainkan juga didistribusikan ke sejumlah negara. Beberapa di antaranya seperti Amerika Serikat, Yaman, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Hong Kong, dan Kamboja.
Perseroan juga berencana memperluas areal pabrik di Wonogiri mulai tahun depan untuk menyesuaikan kapasitas produksi terhadap kenaikan permintaan produk herbal domestik.
“Market di herbal selalu growing tiap tahun. Sekarang itu hampir semua perusahaan farmasi mulai coba masuk ke pasar herbal, karena demand-nya naik jauh lebih cepat dibanding yang berbasis chemical. Kami ingin manage lini produksi supaya jangan keteteran menghadapi pertumbuhan pasar produk herbal,” ujar dia.