Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah akan mengawal ketersediaan bahan baku tenun, khususnya di Nusa Tenggara Timur.
Perkembangan industri tenun selama ini terhambat oleh ketersediaan bahan baku kapas. Untuk memenuhi kebutuhan baku kapas bagi pengembangan industri kecil dan menengah tenun, Kementerian Perindustrian bersama Kementerian Pertanian dan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur menjalin kolaborasi.
Komitmen tersebut tertuang dalam penandatanganan nota kesepahaman tentang Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Tenun Melalui Penyediaan Bahan Baku Serat Kapas di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang dilakukan oleh Dirjen IKM Gati Wibawaningsih, Dirjen Perkebunan Kementan Bambang, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Kementan Fadjry Djufry, serta Bupati Timor Tengah Selatan Paulus Victor Rolland Mella.
Gati menyampaikan potensi industri tenun nasional dapat terus meningkat jika kebutuhan bahan baku kapas dapat dipenuhi. "Tidak hanya dari NTT, di Medan dan Kalimantan juga ada tenun yang lain. Tenun ini masih berkembang, berbeda dengan batik yang sudah maju. Pengembangan tenun merupakan prioritas kami sampai 2019," jelas Gati seusai penandatanganan kerja sama, Selasa (13/6).
Sebagai langkah awal, Ditjen Perkebunan, Kementan telah menanam kapas di lahan seluas 13 hektare di Kecamatan Mollo Barat. Sebelumnya Balai Penelitian dan Pengembangan Kementan telah membuat demplot seluas 3 hektare di kecamatan yang sama pada Mei 2017.
Selanjutnya, Ditjen IKM Kemenperin akan memberikan bantuan pendampingan desain dan peralatan mesin gining dan mesin tenun kepada pengrajin di sentra tenun di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebagai tindak lanjut dari program pendampingan pada 2016. “Kementan siap menyiapkan bahan bakunya dan Kemenperin membantu beberapa mesin untuk memproduksi kapas. Nanti prosesnya itu disebutnya ginning, melepaskan serat-serat dari bijinya, setelah itu baru dipintal,” jelas Gati.
Pemberian mesin dengan anggaran sekitar Rp400 juta tersebut merupakan proyek percontohan. “Kalau ini berhasil, kami akan pasok ke seluruh Indonesia. Sementara ini, programnya dipusatkan di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang fokusnya ada di dua sentra, yakni di Kecamatan Boti dan Nasi,” ungkap Gati.