Bisnis.com, JAKARTA – Produsen produk konsumen raksasa global, Unilever menerapkan teknologi terbarunya untuk daur ulang sampah kemasan. Teknologi yang dinamakan CreaSolv tersebut merupakan inovasi yang dikembangkan Unilever bersama Fraunhofer Institute di Jerman.
Chief R&D Unileber, David Blanchard menyampaikan teknologi tersebut mampu mendaur ulang plastik fleksibel atau kemasan sachet. Teknologi ini pertama kali digunakan untuk mendaur ulang perangkat televisi.
“Secara global, sebanyak US$80-US$120 miliar hilang dari ekonomi karena gagal mendaur ulang plastik dengan benar setiap tahunnya. Dengan menemukan solusi yang tepat, ada peluang yang besar untuk menghemat pengeluaran yang berarti nilai lebih bagi bisnis,” jelas David melalui keterangan tertulis, Jumat (26/5/2017).
Menurutnya, Unilever secara global telah berkomitmen mengurangi berat kemasan produknya hingga 70% pada 2020 mendatang, dan meningkatkan penggunaan konten plastik daur ulang di kemasan minimal 25% pada 2025.
Unilever mencatat mliaran kemasan sachet sekali pakai diproduksi setiap tahun, terutama di negara berkembang, di mana daya beli masyarakat pada umumnya belum dapat menjangkau produk kemasan besar. Tanpa solusi daur ulang, kemasan sachet berakhir di tempat pembuangan akhir atau sebagai sampah yang mengotori lingkungan, termasuk di lautan.
“Kami juga menargetkan seluruh kemasan plastik kami akan dapat didaurulang, digunakan kembali atau diurai di 2025. Pengembangan CreaSolv Process merupakan langkah nyata untuk mencapai target tersebut,” jelas David.
Governance and Corporate Affairs Director Unilever Indonesia, Sancoyo Antarikso menyampaikan untuk mengatasi masalah sampah, selain teknologi yang tepat diperlukan pula skema pengumpulan sampah kemasan sachet agar dapat disalurkan untuk didaur ulang.
Untuk itu, Unilever akan memberdayakan ribuan pemulung dan masyarakat, juga melakukan kerjasama dengan bank sampah, pemerintah serta pengecer lokal. “CreaSolv Process merupakan sebuah tonggak penting bagi Unilever, terutama berkaitan dengan komitmen kami untuk mengurangi dampak lingkungan. Teknologi ini berpotensi menjadi solusi untuk mengatasi masalah sampah plastik fleksibel atau sampah kemasan sachet,” ujar Sancoyo.
CreaSolv Process memungkinkan sachets fleksibel untuk didaur ulang. Lebih dari 60% kemasan fleksibel terbuat dari polietilena, sehingga bahan baku tersebut harus didaur ulang. Dengan didaur ulang, residu film (lapisan plastik) dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan.
Dengan demikian akan tercipta pendekatan ekonomi yang sirkular – yakni limbah plastik akan menjadi bahan baku plastik lagi, alih-alih akan berakhir di tempat pembuangan atau di lingkungan.