Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut Indonesia merupakan negara yang unik karena bisa menjadi pengekspor maupun pengimpor liquified natural gas (LNG).
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi LNG tahun ini ditargetkan sebesar 278 kargo dengan 163 kargo di antaranya berasal dari Kilang LNG Bontang dan sisanya, 155 kargo dari Kilang LNG Tangguh, Papua.
Sementara itu, hari ini dia menyaksikan penandatanganan pembelian LNG dari ExxonMobil kepada PT Pertamina (Persero).
“Ini dua hal yang agak menarik. Beli LNG dari Exxon tapi ekpor juga,” ujarnya usai menghadiri acara Forum Bisnis Indonesia-Amerika Serikat di Hotel Shangri La, Jakarta, Jumat (21/4/2017).
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, impor gas alam cair masih menjadi pilihan. Pemerintah perlu mengamankan pasokan untuk dalam negeri. Pasalnya, diprediksi kebutuhan gas dalam negeri akan meningkat dan mulai kekurangan pasokan pada 2019.
Dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2016, untuk alokasi 2017 masih terdapat 63 kargo yang belum terserap. Kargo yang belum terserap pun masih ada untuk alokasi 2018 yakni sebanyak 60 kargo.
Sementara itu, keadaan berbalik mulai 2019. Diperkirakan pada 2019 Indonesia kekurangan pasokan LNG sebanyak 27 kargo. Angka ini terus naik dan mencapai 90 kargo di 2024 dan 101 kargo di 2025.
Menurutnya, melalui penandatanganan pengiriman LNG dari ExxonMobil kepada PT Pertamina (Persero), pemerintah mengamankan kebutuhan LNG dengan pasokan 1 juta ton per tahun selama 20 tahun yang dimulai pada 2025.
“Tapi di lain pihak, kebutuhan dalam negeri naik tentu kalau kurang daripada itu ya mesti impor,” katanya.