Bisnis.com, BEKASI - Bukan perkara sulit memang mengembangkan proyek komersial dalam kawasan yang sudah matang.
Begitu pula yang diakui Presiden Direktur PT Grahabuana Cikarang, Suteja Sidarta Darmono dalam menggerakkan usahanya di bawah payung kawasan industri PT Jababeka Tbk. yang sudah eksis kehadirannya sejak 1989.
Namun, pria kelahiran 20 Mei 1981 mengaku satu tantangan yang masih menjadi fokusnya saat ini yakni mengubah persepsi nilai masyarakat terhadap hunian di dalam kawasan industri.
Dia mengibaratkan dengan merek mobil sejuta umat Toyota yang harus membuat nama baru khusus untuk produk mewahnya yakni Lexus. Hal itulah yang kemudian membuat dirinya memutuskan Jababeka Residence harus dikenal sebagai produk bernilai tinggi.
Menakhodai PT Grahabuana Cikarang sejak 2013 lalu, generasi pertama pendiri PT Jabebaka Tbk. (KJIA) Setyono Djuandi Darmono ini tak gentar membidik sejumlah peluang yang ada.
Hasilnya, 2014 lalu dirinya telah berhasil mengundang investor kelas premium Plaza Indonesia untuk mengembangkan proyek kawasan terpadu Mayfair Estate & Parklands seluas 12 hektare yang rampung pada 2019.
"Kerja sama kami dalam bentuk perusahaan patungan dengan porsi perusahaan 30% dan sisanya dipegang oleh mitra. Plaza Indonesia melihat peluang banyaknya ekspatriat yang bisa membelanjakan uang di sini," katanya.
Tak hanya itu, Suteja juga tengah menyelesaikan pembangunan properti komersial yang akan menghadirkan sejumlah pemain terkenal seperti ACE Hardware, IKEA, dan pusat ritel asal Jepang.
Pentingnya kehadiran tenan kelas dunia tersebut tentu untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup populasi yang sudah terbentuk di Jababeka Residence.
Perusahaan mencatat saat ini Jababeka telah ditinggali 400.000 jiwa dengan jumlah penglaju mencapai 1,2 juta setiap harinya. Angka tersebut didapat dari 80.000 unit yang sudah ditinggali di sini dengan rerata penghuni lima orang pada tiap rumahnya.
Suteja menilai dengan harga lahan di Jabebaka saat ini sekitar Rp7 juta untuk komersial, perusahaan akan berfokus mengembangkan properti dengan segmen kelas menengah atas. Sebab, pengembangan hunian berimbang 1:3:6 telah berhasil diterapkan sejak 27 tahun silam.
Perusahaan, lanjutnya, menilai segmen masyarakat bawah tersebut kini telah naik kelas menjadi menengah dan memerlukan sejumlah sarana investasi yang lebih baik.
Tak hanya itu, saat ini Jababeka juga dihuni oleh 10.000 ekspatriat dengan 1.650 perusahaan nasional dan multinasional di dalamnya. Suteja menuturkan bahkan selevel bos perusahaan multinasional seperti Honda juga telah memilih tinggal di kawasan tersebut.
"Rerata harga hunian di sini sudah mulai dari Rp500 juta - Rp5 miliar. Kami masih memiliki sejumlah produk yang menarik dengan kenaikan nilai investasi 20% serta potensi pendapatan sewa hingga 12%," ujar Suteja.
Sementara itu, mengenai pedapatan penjualan tahun lalu perusahaan berhasil mencapai target Rp1,2 triliun dengan harapan peningkatan 20% pada tahun ini.
Perolehan tersebut, bagi Suteja, termasuk pendapatan yang moncer mengingat kondisi industri properti yang masih stagnan.
Dia menilai sejumlah hal yang tetap menarik konsumen maupun investor di kawasan Jababeka yakni rencana masa depan infrastruktur yang semakin mempermudah akses.
Saat ini Cikarang hanya terpaut 35 km dari Jakarta atau dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Cikarang juga memiliki keunggulan karena dekat dengan Bandara Halim Perdanakusuma, Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok.
Selain dapat diakses melalui dua pintu tol yakni KM 31 Cikarang Barat dan KM 34,7 Cibatu, Jababeka juga sangat dekat dengan dua stasiun kereta api yang nantinya akan dilintasi kereta listrik yakni stasiun Lemahabang dan stasiun Cikarang.
Bahkan, stasiun Cikarang nantinya menjadi stasiun hub untuk kereta-kereta dari Jawa dan Bandung, termasuk rencana pembukaan pintu tol KM 29 yang direncanakan akan dilakukan di tahun 2017 menuju Jababeka.
Pembukaan pintu tol KM 29 tersebut merupakan janji lama pemerintah karena pembangunan dry port yang dilakukan Jababeka.
"Kita sangat diuntungkan karena pemerintah saat ini memfokuskan pengembangan infrastruktur di timur Jakarta, termasuk area Jababeka, seperti rencana pembangunan dua stasiun commuter line Jabodetabek di Cikarang Utara, dekat Kota Jababeka, termasuk jalur MRT (mass rapid transit), LRT (light rail transit), dan kereta cepat Cikarang."
Pria lulusan Akuntansi, Monash University, Australia ini megungkap dari total 5.600 hektare lahan yang dimiliki Jabebaka saat ini perusahaan tela mengembangkan sebanyak 3.200 hektare untuk industri dan 1.400 untuk kawasan hunian dan komersial. Sisa 1.000 hektare, lanjutnya, masih dalam rancang desain perusahaan induk untuk pembagian porsinya.
Kesuksesan tranformasi lahan bernilai tinggi yang dilakukan Jabebaka nyatanya terus mendapat apresiasi dari sejumlah pihak. Salah satunya Wakil Ketua Umum Dewan Persatuan Pusat (DPP) Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Bidang Tata Ruang, Kawasan Strategis, dan Lingkungan Hidup Hari Ganie.
Dalam sebuah diskusi pengembang kawasan baru belum lama ini, dirinya bahkan mengambil contoh Jababeka sebagai proyek yang diperhitungkan dan bisa diambil pelajaran. "Mereka swasta dan mampu menyulap ribuan hektare menjadi hidup, pemerintah harus banyak belajar dari pengembang seperti Jababeka," ujarnya kala itu.