Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Program Zero Import Jagung Ditarget Terealisasi 2018

Kementerian Pertanian memasang target zero import jagung tahun ini bisa terealisasi atau selambat-lambatnya pada 2018
Petani memanen jagung./JIBI-Desi Suryanto
Petani memanen jagung./JIBI-Desi Suryanto

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian memasang target zero import jagung tahun ini bisa terealisasi, atau selambat-lambatnya pada 2018. Strateginya, yakni dengan program menambah luas lahan tanam jagung hingga 2 juta hektare.

Setelah pemerintah memperketat impor jagung sebagai bahan baku pakan ternak sejak pertengahan 2016, produksi lokal langsung melonjak, dan harga di level petani pun terkerek. Kondisi itu praktis mendorong permintaan benih di dalam negeri.

Produsen benih jagung optimis terhadap pertumbuhan penjualan sepanjang tahun ini. Corporate Engagement Lead Monsanto Indonesia, Herry Kristanto, menyebutkan penjualan benih jagung tahun ini bisa naik 50% dibandingkan tahun lalu. Optimisme ini karena melihat komoditas jagung kini yang sedang menjadi primadona, sejak pemerintah menekan impor jagung sehingga menarik gairah petani menanam jagung. 

"Produksi tahun lalu sekitar 4.000an ton, tahun ini sekitar 6.000an ton dari kapasitas terpasang 13.500 ton per tahun di pabrik Mojokerto," tuturnya ditemui di Wisma Pondok Indah, Jakarta.

Untuk memenuhi target tersebut, Monsanto bermitra dengan 30.000 petani di atas lahan seluas 5.000 hektare di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Melalui dua varietas jagung hibrida, yakni DK 771 dan DK 959, produsen benih jagung dengan merek Dekalb itu optimis dapat bersaing di industri benih Indonesia. Kedua produk ini dinilai unggul karena menghasilkan pipilan yang lebih tinggi dan tahan terhadap gulma.

Saat ini, pihaknya juga terus berupaya mendapatkan persetujuan benih bioteknologi untuk bisa ditanam di Indonesia. Sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan benih dalam negeri, tetapi juga ekspor ke sejumlah negara.

“Kapasitas masih terbuka, karena sebetulnya pabrik di Mojokerto selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga diset up untuk support ekspor negara tetangga. Yang sudah jelas, Vietnam, Filipina, dan Afrika Selatan yang sudah menggunakan bioteknologi,” imbuhnya.

Adapun, pemimpin pasar benih jagung di Tanah Air, PT DuPont Indonesia, meyakini peningkatan penjualan benih jagung hibrida karena didukung faktor eksternal seperti minat petani untuk menanam jagung meningkat, penambahan area luasan lahan penanaman jagung, dan terjadi peningkatan frekuensi penanaman jagung oleh petani dari yang sebelumnya menanam sekali setahun kini bisa menanam hingga 2-3 kali.

Country Manager DuPont Pioneer Indonesia, Lukas A Tadja, menyampaikan tahun ini DuPont berencana menyalurkan benih varietas P21 Dahsyat dan P35 Banteng. Dengan varietas baru ini, petani memiliki banyak pilihan untuk meningkatkan produktivitas lahanya sesuai dengan karakter tiap lahan.

“Tahun ini DuPont juga masih fokus di pasar domestik, meskipun juga menerima permintaan dari negara tetangga seperti Vietnam,” tuturnya melalui surat elektronik.

PT Pertani (Persero) juga menargetkan produksi benih jagung 10.000 ton sepanjang tahun ini, dari kebutuhan nasional 60.000 ton untuk program luas tanam 4 juta hektare. "Tahun lalu hanya beberapa ratus ton. Peningkatan produksi ini sejalan dengan dengan peningkatan luas tanam yang juga besar untuk memenuhi kebutuhan jagung," tutur Direktur Utama PT Pertani, Wahyu.

Untuk mencapai target itu, PT Pertani bekerja sama dengan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian mengembangkan varietas benih jagung tahan naungan untuk integrasi tanaman jagung di lahan perkebunan dengan potensi produksi hingga 12 ton per hektare. Saat ini, PT Pertani memiliki 8 varietas jagung hibrida dan 1 varietas jagung komposit. Penjualan benih jagung menyumbang 10% dari pendapatan perusahaan pelat merah yang menargetkan omzet Rp5,1 triliun sepanjang tahun ini.

Kementan mencatat impor jagung pada 2016 untuk pakan ternak, menurun signifikan. Pada 2016, impor jagung tercatat sebesar 884.679 ton, jauh di bawah impor tahun sebelumnya yaitu 3,07 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper