Bisnis.com, JAKARTA - Balai Embrio Transfer (BET) Cipelang berhasil memproduksi sapi Belgian Blue dari hasi pengembangan teknologi TE (Transfer Embryo).
"Kelahiran sapi Belgian Blue ini diharapkan dapat membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi daging sapi di Indonesia melalui peningkatan mutu genetik ternak," tutur Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen PKH, Surachman Suwardi melalui dalam keterangan resminya pada Kamis (16/2).
Surachman menyampaikan saat ini telah lahir 7 ekor sapi Belgian Blue di BET Cipelang, hasil dari persilangan antara semen beku Belgian Blue maupun hasil TE. Persilangan dilakukan antara semen beku Belgian Blue dengan sapi Frisian Holstein (FH) dan sapi simmental.
Sapi yang lahir dari hasil persilangan sapi Belgian Blue dengan sapi FH maupun sapi Simmental mampu lahir secara normal dengan berat lahir berkisar 43kg - 55 kg, dengan rata-rata berat lahir 46kg.
"Penggunaan semen beku Belgian Blue dan TE sudah dilakukan sejak 2016," imbuhnya.
Surachman memberi nama sapi Belgian Blue ini dengan nama Gatot Kaca. Pemilihan nama ini karena Gatot Kaca merupakan simbol pewayangan sebagai tokoh yang sakti mandraguna sehingga dijuluki dengan otot kawat tulang besi. "Diharapkan sapi Belgian Blue sang Gatot Kaca akan mampu menghasilkan keturunan dengan mutu genetik unggul dan memberikan andil yang besar bagi pemenuhan kebutuhan daging nasional," katanya.
Kepala BET Cipelang, Oloan Parlindungan, menyampaikan sapi Belgian Blue merupakan hasil TE pertama di BET Cipelang berjenis kelamin jantan lahir pada 30 Januari 2017, dengan berat lahir 62,5kg dan warna bulu hitam (pie-noire). Pedet ini lahir dengan bantuan Caesar karena ukuran pedet yang besar.
"Secio Caesaria merupakan langkah terakhir yang dilakukan untuk membantu kelahiran pedet yang mungkin disebabkan oleh besarnya ukuran pedet maupun ukurang tulang pelviks induk yang sempit," tuturnya.
Oloan menyampaikan kedepannya semen sapi Belgian Blue akan diproduksi oleh BIB Nasional dan semennya akan diidistribusikan secara terbatas sesuai dengan rekomendasi dari Ditjen PKH Kementan.