Bisnis.com, JAKARTA--Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) menilai konsolidasi kargo ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok harus mengutamakan pasokan barang dari wilayah tengah dan timur Indonesia.
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno menuturkan kargo ekspor dari Aceh dan Medan tidak efisien jika harus mengunakan hub Tanjung Priok.
"Kalau mau jadi hub, [Tanjung Priok] oke saja untuk barang dari timur dan tengah. Tapi kalau barang dari barat hubnya tidak cocok deh," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (25/1).
Kargo ekspor dari Aceh, Riau, Padang dan Medan masih tetap lebih efisien menggunakan hub Singapura mengingat kedekatan jarak. Sementara itu, kargo ekspor Palembang dan Lampung masih sesuai jika dikumpulkan di Pelabuhan Tanjung Priok.
Secara umum, dia menegaskan eksportir mendukung adanya konsolidasi kargo ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok yang nantinya akan dibawa dengan kapal besar. Dengan kapal besar, dia meminta pihak terkait untuk memastikan agar kapal tidak lagi singgah di hub Singapura.
"Tanjung Priok itu harapan saya semua direct call, tidak ada lagi berhenti lagi di Singapura," tegasnya.
Tanpa transit, dia memperkirakan potensi penghematan bisa mencapai US$150 per TEU karena nilai itu adalah tarif transshipment di pelabuhan Negeri Jiran tersebut.
Selain itu, GPEI menyarankan agar barang yang dikonsolidasikan di Tanjung Priok dari timur atau tengah Indonesia dibawa melalui jalur laut. Dengan demikian, langkah itu akan mengurangi potensi kenaikan arus lalu lintas barang yang akan masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok melalui jalan darat ketika konsolidasi dimulai pada pertengahan tahun ini.
Benny melihat kapal Ro-Ro mempunyai potensi sebagai armada yang bisa mendukung pergerakan barang yang akan dikonsolidasikan ke Pelabuhan Tanjung Priok.
"Jadi misalnya truk yang akan ke Jawa, masuk Ro-Ro saja. Nanti turun di Priok atau Marunda," ungkapnya.