Bisnis.com, JAKARTA – Rencana pembangunan light rail transit atau yang akrab disebut metro kapsul di Bandung tahun depan dianggap perlu mematangkan kembali rancangan anggaran dan integrasi dengan angkutan lain.
Djoko Setijowarno, pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, mengatakan rencana pembangunan metro kapsul jika hanya memprioritaskan akses bagi wisatawan, maka tidak akan berdampak bagi warga Bandung.
“Jangan hanya membangun metro kapsul, tetapi harus membangun juga akses transportasi berbasis jalan, atau bus, itu semua jangan ditinggalkan,” jelas Djoko, Selasa (29/11/2016).
Dia menyebut karena metro kapsul tidak mendekati kawasan perumahan, maka pemerintah perlu menyusun rencana bagaimana mengintegrasikan warga di kawasan pemukiman untuk bisa menggunakan metro kapsul.
Bus atau angkutan terintegrasi itu akan menstimulasi perkembangan ekonomi di kawasan tersebut. Hal ini mengingat adanya rencana pemerintah daerah memindahkan pusat perekonomian ke kawasan Bandung Timur.
“Harus terintegrasi dengan bus yang masuk kawasan perumahan menuju metro kapsul. Di Bandung, kawasan perumahan ini banyak dilayani bus, adanya ojek,” ungkap Djoko.
Selain itu, Djoko juga mengingatkan pentingnya memperhitungkan kapasitas angkutan metro kapsul. Dia pun menegaskan jangan sampai kehadiran metro kapsul justru membunuh transportasi lain misalnya bus dan angkutan umum.
Adapun beberapa moda transportasi lain yang menurut Djoko bisa kembali diaktivasi adalah kereta api. “Metro kapsul ini jelas lebih mahal daripada bus. Dan nanti operasionalnya juga lebih mahal, berarti subsidinya berpotensi lebih besar,” ungkap Djoko.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pembangunan metro kapsul di Bandung mulai pada 2017. Adapun pembengunan metro kapsul direncanakan dari Stasiun Bandung, alun-alun kota Bandung, dan beberapa titik di pusat kota yang saat ini dikunjungi enam juta wisatawan per tahun.
“Pembangunan metro kapsul yang merupakan karya anak bangsa ini akan kita mulai bangun tahun depan dengan suatu bentuk feeder sepanjang tiga kilometer,” jelas Menhub Budi.
Dia mengungkapkan anggaran atas pembangunan metro kapsul merupakan gabungan dari APBN, APBD serta swasta. Oleh sebab itu, Menhub Budi optimistis metro kapsul selesai dibangun pada 2018 dan bisa menjadi model bagi kota-kota lain di Indonesia.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan selain metro kapsul, pemerintah daerah sudah mengusulkan kepada Kementerian Perhubungan untuk melakukan reaktivasi jalur kereta yang sudah tidak beroperasi dan mengoperasikan kereta commuter.
“Kombinasi ini diharapkan ujung-ujungnya bisa mengurangi masalah kemacetan dan kenyamanan transportasi antar wilayah di Bandung Raya,” tutur Ridwan Kamil.