Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak PHK di Industri Rokok, Pencairan JHT di Malang Tembus Rp175 M

Pencairan klaim Jaminan Hari Tua (JHT) di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenegakerjaan (BPJS TK) Malang sampai pekan pertama November 2016 diklaim menembus Rp175 miliar.
Warga mengantre pelayanan pencairan dana Jaminan Hari Tua (JHT) di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Solo, Selasa (1/9). Antrean terjadi pada hari pertama pencairan JHT untuk karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan berhenti kerja. /Bisnis.com
Warga mengantre pelayanan pencairan dana Jaminan Hari Tua (JHT) di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Solo, Selasa (1/9). Antrean terjadi pada hari pertama pencairan JHT untuk karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan berhenti kerja. /Bisnis.com

Bisnis.com, MALANG - Pencairan klaim Jaminan Hari Tua (JHT) di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenegakerjaan (BPJS TK) Malang sampai pekan pertama November 2016 diklaim menembus Rp175 miliar.

Kepala Cabang BPJS TK Malang Sri Subekti mengatakan klaim sebesar itu untuk 18.000 tenaga kerja. Industri yang banyak melakukan PHK, terutama industri hasil tembakau, industri rokok.

“Pada Oktober, salah satu PR [pabrik rokok] besar di Malang mem-PHK 1.300 pekerjanya,” katanya di Malang, Selasa (15/11/2016).

Dengan realisasi pencairan klaim JHT sebesar itu, pada triwulan IV/2016 sudah ada kecenderungan menurun bila dibandingkan periode sebelumnya.

Pada triwulan I/2016, pencairan klaim JHT bisa mencapai Rp27 miliar/bulan. Jika direratakan, angkanya mencapai Rp23 miliar-Rp27 miliar/bulan. Adapun pada triwulan IV/2016, diestimasikan rerata pencairan klaim JHT hanya mencapai Rp17 miliar/bulan.

Dengan begitu, kata dia, maka dapat disimpulkan bahwa perekonomian sudah bergerak sehingga tekanan terhadap PHK sudah berkurang.

Ketua Harian Forum Masyarakat Industri Rokok Seluruh Indonesia (Formasi) Heri Susianto menegaskan pabrik rokok (PR) yang mem-PHK pekerjanya secara besar-besaran itu memproduksi sigaret kretek tangan (SKT).

Secara pasar, kata dia, memang terjadi penurunan pada produk SKT. Tren pasar lebih menyukai produk sigaret kretek mesin (SKM) daripada SKT. Karena itulah, kontribusi SKT pada penerimaan cukai negara juga relatif kecil bila dibandingkan SKM.

Namun dari sasi penyerapan tenaga kerja, PR produsen SKT justru lebih besar karena pekerjaannya banyak menggunakan menggunakan tangan daripada mesin.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper