Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri kosmetik menilai lemahnya ketahanan bahan baku dalam negeri menyebabkan industri dalam negeri rentan terhadap persaingan dengan barang impor.
Ketua Harian Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kometika Indonesia (PPA Kosmetika) Sholihin Sofyan mengatakan ketahanan bahan baku industri kosmetika masih sangat lemah dengan impor sekitar 90%.
Padahal, jika ketahanan bahan baku dalam negeri bisa diperbaiki, industri dalam negeri bisa terlindungi dari serangan produk impor.
“Misal kebijakan UU Jaminan Produk Halal akan sangat terpengaruh kalau ketahanan produk bahan baku ada. Kalau bahan baku bisa dari Indonesia, untuk mensertifikasi halal bisa lebih gampang. Dan pada saat produk impor yang bahan bakunya dari luar harus sertifikasi, akan sulit karena menimbulkan biaya tinggi,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (10/11/2016).
Dia berharap pemerintah dalam hal ini Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) harus mampu menjaring investor dari luar negeri untuk mendirikan pabrik bahan baku kosmetik di Indonesia.
Sholihin meyakini kemandirian bahan baku industri kosmetik dalam negeri bisa semakin kuat dalam lima tahun ke depan, bahkan bisa menguat hingga 70%.
Masalahnya, saat ini dia mulai khawatir jika produk impor tersebut masuk ke dalam pasar menengah bawah sehingga produk IKM kosmetik mulai tergilas oleh barang murah.
“Yang terjadi seperti produk keperluan sehari-hari seperti sabun cair yang diproduksi di luar tapi dijual dengan harga murah dan masuk ke pasar ritel. Ini akan mengganggu segmen pasar menengah bawah,” katanya.
Sebelumnya, industri kosmetika mencatat pertumbuhan sekitar 7,5% pada kuartal III/2016 atau tidak setinggi tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 9% akibat terganggu barang palsu dan impor.