Bisnis.com, JAKARTA – S&P Global Ratings kemungkinan belum siap menaikkan peringkat kredit Indonesia dari level saat ini, mengingat meningkatnya hutang dan risiko yang menghantui prospek pertumbuhan.
Meski optimistis atas perekonomian Indonesia, lembaga rating dunia tersebut memiliki kehawatiran yang masih menahan penyematan peringkat lebih tinggi bagi Indonesia.
“Sangat sulit bagi saya untuk merekomendasikan kepada panitia memberikan peringkat yang lebih tinggi bagi negara seperti Indonesia, ketika terdapat kegoyahan seperti yang dialami saat ini termasuk pada sektor korporasi dan sektor perbankan,” ujar Kyran Curry, Director Sovereign Ratings and Primary Analyst S&P., seperti dilansir Bloomberg hari ini.
Menurut Curry, sektor perbankan di Indonesia masih merupakan sistem yang cukup menguntungkan, didanai sendiri, tidak bergantung pada simpanan eksternal untuk mendanai pertumbuhan kreditnya, serta memiliki standar pinjaman yang memadai.
Namun pada saat yang sama, tambahnya, terdapat pula peningkatan dalam hal jumlah kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) akibat tekanan pada sektor korporasi.
Pada Juni, Indonesia gagal mendapatkan kenaikan peringkat dari S&P, yang menyematkan BB+ dengan prospek positif, karena dianggap masih menghadapi tantangan dalam kinerja anggaran walaupun kerangka fiskal telah membaik.
Dalam beberapa pekan mendatang, S&P dijadwalkan akan bertemu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelum membuat penilaian berikutnya untuk Desember.