Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah dinilai perlu melakukan upaya-upaya untuk menarik generasi muda masuk ke sektor pertanian. Pasalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun sepuluh tahun 2003-2013, rumah tangga tani berkurang sebanyak 5 juta.
Direktur Program Keadilan Ekonomi Oxfam – organisasi nirlaba yang fokus pada penekanan angka kemiskinan – Dini WIdiastuti mengatakan, kian turunnya jumlah rumah tangga tani itu dapat berdampak negatif pada upaya ketahanan pangan Tanah Air.
“Berkurangnya jumlah petani akan berimplikasi pada menurunnya ketersediaan produk pangan dalam negeri. Angka 5 juta rumah tangga tersebut cukup besar dan berimplikasi bagi keberlanjutan sektor pertanian Indonesia,” jelas Dini di Jakarta, Kamis (11/8/2016).
Selain itu, Oxfam mencatat masalah lain yang menghantui sektor pertanian Indonesia yaitu struktur usia petani yang menunjukkan 60,8% petani berusia di atas 45 tahun dengan 73,97% berpendidikan setingkat SD dengan akses terhadap teknologi yang rendah.
Sejalan dengan fakta itu, hasil Survei Ongkos Usaha Tani (SOUT) Tanaman Pangan menunjukkan sebagian besar petani tanaman pangan yaitu 96,45%, berusia lebih dari 30 tahun, dan hanya 3,55% yang berusia di bawah 30 tahun.
Country Network Coordinator AgriProFocus Indonesia, Tina Napitupulu mengatakan kalangan muda saat ini kerap menilai profesi petani sebagai profesi yang tidak menjanjikan.
“Padahal sesungguhnya banyak anak-anak muda di pertanian yang maju dengan usaha pertaniannya. Tingkat permintaan pangan dunia yang semakin meningkat, menjadi petani justru peluang bisnis yang bagus,” ujar Tina.