Bisnis.com, JAKARTA – Kendati negara-negara produsen karet dunia telah memangkas ekspor guna mengurangi pasokan global, harga komoditas itu terpantau belum kunjung membaik. Saat ini harga karet kembali tergelincir, mengikuti harga minyak dunia.
Data yang dihimpun Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) menunjukkan harga karet jenis TSR (Technical Specified Rubber) per akhir Juli lalu yaitu USS129,8 per kilogram dan karet jenis RSS (Ribbed Smoked Sheet) berada di level USS188,8 per kilogram. Keduanya merupakan jenis utama yang digunakan di industri.
Direktur Eksekutif Gapkindo Suharto Honggokusumo menyampaikan ada beberapa faktor yang memengaruhi laju harga karet selain pengurangan ekspor ke pasar global oleh negara-negara yang tergabung dalam kesepakatan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS).
“Yang paling kuat pengaruhnya adalah kondisi pemulihan ekonomi dunia, ini belum terlihat membaik. Yang kedua adalah pergerakan harga minyak. Sejak 2009, harga minyak tidak memengaruhi harga karet, tapi belakangan justru terdampak lagi,” jelas Suharto.
Gapkindo mencatat pada awal pemangkasan ekspor karet dari Indonesia, Thailand, dan Malaysia, harga karet tahun ini sempat melonjak ke level tertingginya pada April lalu. Saat itu, harga karet jenis TSR mencapai USS160,1 per kilogram, sementara harga karet jenis RSS menyentuh USS194,1.
Faktor lain yang juga ikut memengaruhi harga karet yaitu nilai tukar dollar terhadap yen karena patokan harga karet dunia adalah TOCOM atau Tokyo Commodity Exchange. “TOCOM itu digunakan sebagai benchmark bursa-bursa lain dunia sehingga kalau dolar melemah, harganya turun dan kalau dolar menguat, harganya naik,” jelas Suharto.
Sebagaimana diketahui, tiga negara produsen karet utama dunia yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia sepakat mengurangi pasokan karetnya ke pasar global untuk memperbaiki harga karet yang terpuruk sejak 2015 lalu.
Dalam kesepakatan itu, Thailand sebagai produsen karet terbesar akan memangkas volume ekspornya 324.005 metrik ton atau 52,7%, sedangkan Malaysia akan memangkas ekspor sebesar 52.259 metrik ton atau 8,5%. Sisanya yaitu Indonesia, memangkas 238.736 ton atau sebesar 38,8%. Secara total, negara-negara ITRC akan mengurangi ekspor 615.000 metrik ton selama periode Maret-Agustus 2016.