Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia National Air Carriers Association meminta pemerintah meningkatkan ketersediaan waktu alokasi terbang atau slot time, seiring dengan kian besarnya minat masyarakat menggunakan jasa angkutan udara.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang angkutan udara domestik sepanjang paruh pertama tahun ini mencapai 37,7 juta orang, naik 17% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 32,3 juta orang.
Capaian tersebut juga menjadikan pertumbuhan jumlah penumpang kali ini tertinggi dalam empat tahun terakhir ini. Tahun lalu, jumlah penumpang udara tumbuh 14%. Sementara pertumbuhan 2014 mencapai 4%, 2013 tumbuh 3,54% dan 2012 naik 5%.
Ketua Penerbangan Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto mengapresiasi upaya pemerintah dalam meningkatkan keamanan, keselamatan dan pelayanan transportasi udara.
“Sudah banyak hal yang dieksekusi pemerintah selama semester pertama ini, antara lain pembangunan bandara, perbaikan sarana dan prasarana, penambahan peralatan navigasi, regulasi dan lain sebagainya,” katanya di Jakarta, Senin (1/8/2016).
Meski begitu, Bayu menilai masih ada sejumlah kekurangan yang perlu untuk ditindaklanjuti antara lain terkait ketersediaan waktu alokasi terbang atau slot time, terutama di bandara-bandara utama, seperti Jakarta, Surabaya, Makassar dan Bali.
Menurutnya, maskapai sangat berharap pembangunan jalur penghubung antara landas pacu dan parkir pesawat di timur Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng (east cross taxiway) dan landas pacu ketiga dapat segera terealisasi.
“Tak hanya Jakarta, kapasitas slot time di bandara besar lainnya juga perlu tingkatkan. Selain itu, pemerintah mestinya juga melakukan semacam pemerataan atau pemetaan rute-rute penerbangan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas udara,” tuturnya.
Salah satu upaya untuk menambah kapasitas slot time antara lain dengan mengurangi jumlah penerbangan domestik yang transit di bandara-bandara utama, dan menambah jumlah penerbangan langsung (direct flight)
Dengan kata lain, Kementerian Perhubungan diminta untuk menciptakan interkoneksi penerbangan yang lebih jelas, sehingga penggunaan slot time di bandara utama menjadi lebih maksimal, dan kepadatan lalu lintas udara menjadi lebih terurai.
“Misalnya, penerbangan dari Sumatera ke Jawa Tengah atau Yogyakarta, itu seharusnya tidak perlu transit ke Cengkareng, seharusnya direct. Saya kira ini bisa dilakukan, dulu rute Batam-Yogyakarta itu juga transit, sekarang sudah bisa direct,” ujar Bayu.
Pria yang juga menjabat sebagai Managing Director Transnusa Aviation Mandiri itu mengatakan bahwa maskapai juga meminta adanya kemudahan dalam regulasi a.l. seperti penambahan izin rute, jam operasi bandara, dan lain sebagainya.