Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri pulp dan kertas memprediksi ekspor kertas terus meningkat, ditopang dari kertas fotokopi serta pengemasan makanan minuman.
Wakil Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (Apki) Rusli Tan mengatakan industri pulp dan kertas akan terus berkembang lewat ekspor produk-produk andalan seperti makanan dan minuman.
“Kertas fotokopi setiap bulan meningkat karena di luar negeri kami punya harga dan kualitas yang lebih baik. Tapi ekspornya tidak langsung, kertas akan terbawa dari ekspor makanan dan minuman yang terus meningkat tiap tahunnya,” ujarnya kepada Bisnis.com pada Minggu (24/7/2016).
Adapun negara seperti China dan Korea Selatan lebih banyak memproduksi kertas coated. Menurutnya, industri dalam negeri mampu mengekspor dengan volume lebih banyak, tapi pasarnya akan berebut dengan negara tersebut.
Pasalnya, pebisnis dibebani dengan status waste paper yang diimpor sehingga membutuhkan perlakuan khusus karena masuk dalam kategori limbah.
Dia mengatakan industri nasional akan meningkatkan kapasitas terpasang mencapai 3 juta ton untuk produk pulp dan sekitar 300 ton - 500 ton untuk kertas fotokopi dari perusahaan di Sumatera.
Ketua Komite Bahan Baku Apki Yuki mengatakan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) yang sudah diratifikasi sejak 2013 belum berdampak secara signifikan terhadap ekspor.
Situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan nilai ekspor dari produk kertas ber-SVLK dengan kode HS 48 tersebut mencapai US$1,7 miliar hingga Juli. Adapun pada semester I/2015 ekspor kertas mencapai US$1,8 miliar dengan volume sekitar 2 juta ton.
Pihaknya berharap pemberlakukan Voluntary Partnership Agreement – Forest Law Enforcement Governance and Trade (VPA-FLEGT) bisa berlaku secara utuh agar membuka kesempatan ekspor makin besar.