Bisnis.com, PEKANBARU – Hingga mendekati akhir semester I/2016, realisasi APBD Riau saat ini masih rendah yaitu di posisi 20,23% untuk anggaran keuangan.
Plt Sekdaprov Riau Muhammad Yafis mengatakan dari laporan masing-masing satuan kerja kepada pihaknya, realisasi anggaran ini masih jauh dari target.
“Realiasi APBD Riau khususnya anggaran keuangan sekarang 20,23%, harusnya sudah 50%. Tetapi untuk realisasi fisik belum dapat dilaporkan karena bisa saja tidak sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan,” katanya Selasa (21/6/2016).
Yafis mengatakan pemprov berupaya mendorong realisasi anggaran daerahnya dengan cara memonitor langsung berapa besaran anggaran yang sudah direalisasikan secara berkelanjutan.
Dari laporan satuan kerja, ada dinas yang realiasasinya masih di bawah 5% yaitu Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Sumber Daya Air. Sementara itu Dinas yang cukup baik realisasinya yakni Dinas Pertanian dan Peternakan.
Beberapa kendala yang dihadapi satuan kerja itu kata Yafis yakni mekanisme realisasi anggaran mengalami perubahan, sehingga diperlukan penyesuaian. Pemprov juga terus berupaya mencarikan solusinya.
“Kami upayakan supaya cepat terealisasi, beberapa satuan kerja menyampaikan ada perubahan mekanisnya jadi itu diupayakan agar ada solusinya,” katanya.
Sementara itu pada triwulan I/2016 lalu realisasi anggaran Riau hanya sebesar 5,74% dengan rincian 4,48% anggaran keuangan dan sisanya anggaran fisik.
Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan Setdaprov Riau Masperi mengatakan realisasi anggaran pemprov pada triwulan pertama tahun ini tidak sesuai target.
“Tidak sesuai target dan kami upayakan supaya bisa direalisasikan pada triwulan II ini, jadi akan dikebut di triwulan kedua,” katanya.
Dia menyebutkan saat ini nilai lelang kontrak pemprov yang sudah dilaksanakan mencapai Rp3,5 triliun. Sedangkan Rp2 triliun lagi saat ini tengah tersendat prosesnya karena belum masuk dalam rancangan umum pengadaan (RUP).
Di sisi lain Bank Indonesia Perwakilan Riau menilai rendahnya realisasi anggaran pemda ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi setempat.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Riau Ismet Inono mengatakan pada triwulan I/2016 perekonomian Riau hanya tumbuh 2,34%.
“Dari data kami tiga tahun terakhir tren realisasi anggaran pemda terus menurun, dan ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi Riau,” katanya.
Selain anggaran daerah, faktor pendorong melemahnya pertumbuhan ekonomi daerah itu karena turunnya permintaan terhadap industri pengolahan andalan Riau seperti kelapa sawit, hingga pengaruh berkurangnya pasokan CPO, dan tanaman padi akibat anomali cuaca pada awal tahun.