Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KPPU Sebut Rantai Distribusi Pangan Terlalu Panjang

Komisi Pengawas Persaingan Usaha menilai rantai distribusi pangan di Indonesia masih tidak efektif dan menjadi penyumbang utama kenaikan harga komoditas di pasar.

Bisnis.com, JAKARTA—Komisi Pengawas Persaingan Usaha menilai rantai distribusi pangan di Indonesia masih tidak efektif dan menjadi penyumbang utama kenaikan harga komoditas di pasar.

Ketua Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf mengatakan rantai distribusi di Indonesia terlalu panjang.

Tiap komoditas rata-rata memiliki enam titik distribusi sebelum sampai ke konsumen, di mana tiap titik mengambil margin. Inilah yang membuat harga melambung ketika sampai di masyarakat.

"Ini tugas Menteri Perdagangan untuk sederhanakan rantai distribusi. Terlalu panjangnya titik yang dilalui mempermudah terbentuknya kartel," ujarnya di sela-sela kunjungan KPPU ke kantor Bisnis, Rabu (8/6/2016).

Sayangnya, KPPU mengaku belum mempunyai hitungan harga wajar di tiap titik distribusi.

Lembaga itu sedang melakukan pengawasan dan penelitian terhadap para distributor komoditas, termasuk daging sapi, bawang merah, dan beras. Dalam hal ini, KPPU bekerja sama dengan kepolisian.

Diharapkan dengan dilakukannya pengawasan dan penelitian dapat diketahui berapa harga wajar di tiap titik distribusi.

Syarkawi mengaku sulit memperkirakan berapa lama proses pengawasan dan penelitian ini akan berlangsung. Namun, proses tersebut dipastikan tidak hanya dilakukan dalam jangka pendek.

“Kalau ada indikasi pelanggaran dalam hukum persaingan, misalnya dalam fenomena kenaikan harga seperti sekarang, kami akan panggil. Artinya tergantung indikasi awalnya,” ungkapnya.

Keputusan impor pun tidak selamanya tepat. Untuk impor bawang merah misalnya, KPPU mempertanyakan mengapa keputusan tersebut diambil ketika menjelang masa panen raya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anissa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper