Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mengupayakan proyek kereta api berkecepatan sedang rute Jakarta-Surabaya mulai dieksekusi pada 2017, hal itu menunggu hasil penawaran proposal kepada pemerintah Jepang.
Wakil Presiden Jusuf Kalla memperkirakan proyek kereta api sedang rute Jakarta-Surabaya akan berjalan bersamaan dengan konstruksi proyek kereta api cepat rute Jakarta-Bandung yang dibangun oleh konsorsium perusahaan Indonesia dan China, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
“Tergantung nanti persetujuan. Diusahakan tahun depan mulai karena itu penting untuk mempercepat perjalanan Jakarta-Surabaya,” ujarnya saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (27/5/2016).
Kalla mengaku pemerintah Indonesia menawarkan proposal proyek tersebut untuk memperlancar dan mempercepat jalur barat ke timur Pulau Jawa yang selama ini hanya berkecepatan 100 Kilometer/jam.
Dengan adanya pembangunan kereta sedang ini, kecepatan diharapkan meningkat menjadi 150 Km/jam sehingga perjalanan hanya akan menghabiskan waktu 5 jam dari semula 8 sampai 9 jam.
Menurut dia, fasilitas kereta api yang dikelola PT Kereta Api Indonesia (Persero) saat ini masih mumpuni. Hanya saja, persoalan muncul karena ada lebih dari 1.000 perlintasan tanpa palang,. Maka itu, dibutuhkan jembatan, baik di bagian atas maupun bawah jalan sehingga kendaraan tidak perlu berhenti jika kereta melintas.
Selama ini, masinis memperlambat kecepatan kereta antarkota jika berada di wilayah tertentu yang padat agar tak ada warga yang tertabrak, namun waktu perjalanan menjadi lebih lama.
Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyampaikan pemerintah menawarkan proyek kereta api sedang Jakarta-Surabaya dan Pelabuhan Patimban kepada pemerintah Jepang. Tawaran itu akan disampaikan langsung dalam pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Selain memenuhi undangan Group of Seven (G-7) pada 27 Mei 2016 di Nagoya, Presiden Jokowi juga akan menindaklanjuti dua usulan pembangunan infrastruktur transportasi tersebut. Disebutkan nilai investasi proyek berdasarkan estimasi Negeri Sakura ditaksir mencapai US$1,8 miliar atau sekitar Rp24,43 triliun.