Bisnis.com, JAKARTA – Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) mengharapkan pasar harga minyak mentah bisa kembali ke titik keseimbangan dari kelebihan pasokan pada tahun depan.
Chief IEA Fatih Birol mengatakan harga minyak yang rendah telah mengurangi investasi di sektor hulu minyak sekitar 40% dalam dua tahun terakhir, dengan penurunan tajam di Amerika Serikat, Kanada, Amerika Latin dan Rusia.
Selain itu, lanjutnya, rendahnya harga minyak juga membuat ketergantungan dunia pada minyak Timur Tengah akan mempercepat secara substansial dalam beberapa tahun ke depan.
"Tahun ini, kami mengharapkan penurunan terbesar dalam pasokan minyak non-OPEC dalam 25 tahun terakhir, hampir 700.000 barel per hari. Pada saat yang sama, pertumbuhan permintaan global ramai, dipimpin oleh India, Cina dan lainnya muncul negara, "katanya di Tokyo, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (21/4/2016).
Dia mengharapkan pada pergantian tahun nanti, pasar minyak akan seimbang kembali dan harga minyak juga kembali seimbang.
Pasalnya, dia menilai melihat persoalan fundamental yakni pasokan, permintaan dan bursa, maka pada 2017 tidak akan ada kemerosotan ekonomi utama karena akan terlihat kesimbanan pada tahun depan.
Namun, lanjutnya, jika pemulihan harga minyak jenis Brent berada di kisaran US$45 per barel, maka patokan tersebut telah melegakan produsen minyak dunia, kecuali produsen shale oil. Pasalnya, angka tersebut masih jauh lebih rendah untuk bisa membuat shale oil Amerika Serikat menjadi menguntungkan.
Birol juga mengatakan ekspor minyak mentah Iran bisa naik setengah juta barel per hari tahun ini setelah sanksi Barat terhadap negara itu dicabut. “Secara umum saya pikir Iran bisa memasok sekitar 500.000 barel per hari ke pasar jika semua kondisi sesuai,” katanya.
Sementara itu, untuk mengatasi masalah lesunya industri hulu minyak dan gas (migas) di Tanah Air, pemerintah Indonesia memiliki strategi sendiri untuk kembali mengairahkan aktivitas pengeboran.
Pemerintah masih mengkaji untuk memperpanjang masa eksplorasi migas selama dua tahun sebagai upaya menyikapi rendahnya harga minyak pada saat ini. Namun, rencana tersebut tidak akan mempengaruhi kontrak bagi hasil selama harga minyak belum pulih.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja mengatakan, masa eksplorasi yang hanya 6 tahun tersebut dapat ditambah lagi 2 tahun mengingat kondisi harga minyak yang masih rendah. Dia menjamin, penambahan masa eksplorasi tersebut tidak akan mengurangi masa kontrak.
“Kami lagi bicarakan bagaimana eksplorasinya bisa diperpanjang katakanlah eksplorasinya 6 tahun karena kon disi seperti ini [harga minyak rendah], ditambah 2 tahun [jadi 8 tahun],” ujarnya.