Bisnis.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura II berencana mengucurkan investasi Rp1,5 triliun untuk pembangunan east cross taxiway di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng yang akan dimulai pertengahan tahun ini.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi mengatakan proses pembangunan jalur penghubung antara landas pacu utara dan selatan di timur (east cross taxiway) itu masih dalam proses penyelesaian tanah.
“Tapi kami yakin persoalan tanah itu bisa selesai dalam 2-3 bulan ini, dan setelah itu pembangunan akan mulai berjalan. Kami targetkan east cross taxiway itu bisa selesai pada akhir 2017,” katanya, Selasa (19/4/2016).
Budi menjelaskan pembangunan east cross taxiway (ECT) memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Pasalnya, Angkasa Pura II perlu melakukan restrukturisasi terlebih dahulu, baik dari sisi bisnis, teknis dan legalitas.
Selain itu, Angkasa Pura II juga perlu mendapatkan izin dari para pihak-pihak yang berwenang dalam memberikan rekomendasi. Sayangnya, dia tidak menjabarkan pihak-pihak yang dimaksud tersebut.
“Kalau soal tanah itu sudah clear, understanding itu sudah tercapai, tetapi perizinannya harus governance. Artinya, jangan kami saja yang memutuskan, harus ada juga dari pihak lainnya yang memberikan izin,” tuturnya.
Terkait nilai investasi, Budi mengakui anggaran yang dikucurkan melonjak dari perkiraan sebelumnya sekitar Rp1 trilun. Dia beralasan banyak faktor yang mempengaruhi lonjakan tersebut a.l. parkir pesawat ditambah, penguatan landas pacu dan lain sebagainya.
Dia memastikan bahwa kenaikan nilai investasi tersebut tidak akan mempengaruhi arus keuangan perseroan. Adapun, pendanaan untuk proyek ECT tersebut akan berasal dari perbankan, obligasi dan internal perseroan.
“Enggak dari obligasi saja, akan di blend dengan kucuran perbankan dan internal perseroan. Kita sudah rencanakan secara matang agar tidak mempengaruhi cash flow. Tapi kalau misalnya ada masalah, kami akan cari jalan keluarnya,” ujarnya.
Budi optimistis kapasitas pergerakan pesawat di Soekarno Hatta akan mencapai 100 pergerakan/jam seiring dengan pembangunan ECT tersebut. Apalagi, Angkasa Pura II juga menggunakan jasa konsultan yang sama, seperti di Bandara Heathrow London.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sebelumnya meminta Angkasa Pura II segera mempercepat pembangunan east cross taxiway guna meningkatkan kapasitas pergerakan pesawat di Soekarno Hatta.
“Saya minta Angkasa Pura II, untuk dua runway ini, harus ada east cross taxiway. Kalau ada, runway itu bisa diatur lebih baik, yang satu untuk take off, yang satu lagi untuk landing, ini sekarang kan campur,” tuturnya.
Jonan menilai belum adanya east cross taxiway tersebut menyebabkan kapasitas pergerakan pesawat di Soekarno Hatta sulit untuk dinaikkan. Saat ini, kapasitas pergerakan pesawat di Soekarno Hatta dibatasi maksimal 72 pergerakan/jam.
Selain itu, dia juga meminta Angkasa Pura II untuk memperkuat landasan pacu, termasuk parkir pesawat dan lain sebagainya. Tak ketinggalan, dia juga meminta AirNav Indonesia untuk segera menerapkan sistem automated untuk flight plan.
“Angkasa Pura II memang sedang bangun runway ketiga, tapi saya minta ini dulu diperbaiki. Kalau dual runway diperbaiki, east cross ada, automation flight plan ada, ini bisa menaikkan kapasitas hingga 100 pergerakan/jam,” ujarnya.
Seperti diketahui, Angkasa Pura II sebelumnya menyebutkan pembangunan east cross taxiway bakal dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan yakni pada 2016 dan selesai 2017 sebelum pelaksanaan Asian Games.
Infrastruktur tambahan yang bakal menghubungkan landas pacu utara dan selatan itu merupakan syarat utama pelaksanaan pemisahan fungsi landas pacu atau segregrasi landas pacu.
Apabila tidak ada aral melintang, east cross taxiway di bandara tersibuk se-Indonesia itu akan terdiri dari dua jalur dan bisa dilewati oleh pesawat berbadan lebar sekelas Airbus A330, Boeing 777 maupun B747.