Bisnis.com, SEMARANG - Basuki begitu bersemangat memperkenalkan nanas dari kebunnya. Dia baru berhasil mengembangkan varietas baru di lahan uji coba. Nanas MD2 namanya.
Nanas yang konon benihnya asal Kosta Rika itu, katanya, lebih unggul dibandingkan dengan nanas madu (queen) dan nanas smooth cayenne varietas subang yang jamak ditanam petani di lereng Gunung Kelud.
Dengan bobot yang lebih berat, minimal 1,3 kg per buah, MD2 menyalip queen yang beratnya tidak sampai 1 kg per buah. Juga tak seperti queen, mata buah MD2 dangkal sehingga tak banyak daging buah yang terbuang ketika dikupas.
Kandungan gulanya yang tinggi dengan kematangan yang merata kekuningan juga membuat MD2 pantas juara dari cayenne yang daging buahnya putih dengan kematangan tidak merata.
Ada satu vaietas lagi yang dia kembangkan di lahan demplot itu, yakni PK1. PK1 mirip dengan MD2, tetapi yang pertama memiliki tekstur daging buah lebih lembut.
Di atas lahan dua hektare miliknya di Desa Ngancar, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Basuki mengembangkan empat jenis nanas itu. Sebentar lagi MD2 dan PK1 diedarkannya ke pasar, menyusul queen dan cayenne yang sudah lebih dulu.
Basuki kadang tak mengerti, apapun bibit tanaman yang dibenamkan ke tanahnya, hasilnya kerap menakjubkan. Sekalipun tak legit amat, dalam kamus pernanasannya, cayenne yang ditanam di Ngancar lebih manis ketimbang di tempat asalnya.
"Saya kembangkan PK1 dan MD2, jadi juga di sini. Saya tidak tahu apa yang ada dalam tanah Kelud ini, tapi memang luar biasa," ungkapnya.
Baginya, hidup 16 km di bawah kawah Gunung Kelud, gunung api teraktif kedua di Indonesia setelah Merapi, adalah paket kebahagiaan dan keprihatinan. Gunung yang sering 'rewel', lebih-lebih setelah masuk abad 21, adalah sajian bencana sekaligus berkah.
Basuki mengenang betapa pusingnya dia memikirkan puluhan ribu tanaman nanasnya yang dihujani kerikil akibat letusan eksplosif Kelud 2014, hanya selang 7 tahun setelah erupsi efusif 2007. Februari 2014 dan bulan-bulan sesudahnya adalah masa penuh keprihatinan.
Dia harus mengambil satu demi satu kerikil yang menutup tunas rumpun. Akibatnya, masa pembuahan mundur 3 bulan yang kemudian menggeser waktu panen.
Letusan 2014 memang terdahsyat dengan lontaran kerikil hingga 25 km, tetapi bagi petani nanas macam Basuki, itu belum seberapa. Ingatannya mundur lagi. Letusan 1990 menurutnya paling parah, justru karena muntahan pasir.
Material vulkanik itu menutup lahan pertanian di lereng gunung, tak terkecuali tanaman nanas Basuki. Payahnya bukan main. Dia harus menyapu pasir dari pucuk rumpun yang repotnya berlipat-lipat dari sekadar mencungkil kerikil.
Tahun berganti. Kalium dan fosfat yang terkandung dalam jutaan meter kubik abu dan pasir vulkanik secara alami menggemburkan tanah pertanian di lereng Kelud. Basuki yang sedari kecil hidup di kaki gunung hafal benar apa yang biasa terjadi setelah 'Sang Sapu' mengamuk.
"Setahun setelah letusan, rumpun biasanya lebih subur. Buahnya pun lebih besar, terutama untuk smooth cayenne," tuturnya.
Basuki baru menuai panenan. Panen itu adalah yang pertama kali sejak erupsi 2014. Dari seluruh lahannya, dia akan memanen sedikitnya 105.000 buah queen, 15.000 buah cayenne, dan 1.100 buah PK1 dan MD2. Nilainya nyaris Rp450 juta.
Dia menjual nanasnya ke tengkulak untuk selanjutnya dibawa ke beberapa kota di Jawa dan Bali. Pasar-pasar di Kota Kediri, Surabaya, Malang, Denpasar, Semarang, Bandung, dan Jakarta, adalah tempat seluruh buah jerih payahnya berpindah ke tangan konsumen.
Ribuan petani nanas di lereng Kelud bernasib serupa Basuki. Hidupnya dibolak-balik oleh aktivitas vulkanik gunung setinggi 1.731 m itu. Dinas Pertanian Kabupaten Kediri mencatat ada sekitar 2.500 hektare lahan nanas di Kecamatan Ngancar. Buah bernama ilmiah Ananas comosus itu adalah penghidupan bagi sebagian besar penduduk kecamatan itu.
Kuleksi, petani di Desa Babadan, masih Kecamatan Ngancar, merasakan pula hidup serba mengejutkan di bawah gunung yang oleh pakar geofisika disebut pelit memberi tanda-tanda itu. Dia terpaksa memanen dini nanas dari lahan 1 hektare miliknya saat Kelud meletus pada 2014 setelah tiba-tiba naik status menjadi waspada. Itu pun hanya separuh yang masih layak jual.
"Separuhnya lagi, saya bingung mau saya kemanakan," ungkapnya. Selama 6 bulan, Kuleksi tak bisa menanami lahannya yang rusak diterjang pasir dan kerikil. Setahun pascaletusan, semuanya baru berjalan normal dengan pertumbuhan rumpun nanas lebih baik dari sebelumnya.
"Saya tidak perlu repot memberi banyak pupuk," ungkapnya. Lima bulan lagi dia akan memanen nanasnya. Queen dan cayenne. Bagi Basuki dan Kuleksi, mendiami lereng Kelud berarti menerima tanpa syarat amukan, sekaligus kemurahannya akan kesuburan. "Ini alam. Ada waktunya memberi bencana, ada waktunya memberi berkah," tutur Basuki.
Ungkapan Basuki barangkali tak kalah puitis dari sebaris lirik Sabda Alam yang pernah dinyanyikan almarhum Chrisye. "Sabda alam, berbuah kodrat tak tertahan. Rasa cinta, rasa nista berpadu satu."