Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga BBM Turun: Inflasi Bisa Diredam TPID Waspadai Gejolak Harga Pangan

Keputusan pemerintah untuk kembali menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mulai 1 April 2016 diprediksi mampu meredam laju inflasi Sumatra Utara pada bulan depan. Namun, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) harus tetap mewaspadai gejolak harga bahan pangan.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, MEDAN - Keputusan pemerintah untuk kembali menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mulai 1 April 2016 diprediksi mampu meredam laju inflasi Sumatra Utara pada bulan depan. Namun, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) harus tetap mewaspadai gejolak harga bahan pangan.

Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi USU Wahyu Ario mengatakan penurunan harga BBM terutama akan berdampak terhadap ongkos produksi industri manufaktur. Kendati demikian, penurunan harga seperti makanan jadi, bahan pangan, transportasi dan sebagainya tidak akan langsung terjadi pasca penurunan harga BBM.

"Memang akan berpengaruh. Pada tahun ini saya memprediksi laju inflasi Sumut lebih terjaga dibandingkan dengan tahun lalu. Tapi dampaknya tidak akan langsung terasa, sehingga dampak ke masyarakat pun tidak akan terlalu signifikan. Ini juga tidak akan membuat daya beli masyarakat tiba-tiba meningkat," papar Wahyu, Kamis (31/3/2016).

Dia menyebutkan penurunan harga BBM mulai besok juga terutama akan membantu meredam laju inflasi pada kuartal II/2016 khususnya menjelang puasa, Lebaran dan libur sekolah. Tak hanya itu, TPID Sumut juga harus benar-benar mengantisipasi kenaikan harga bahan pangan menyusul masa panen yang sudah usai.

"Februari sampai Maret itu kita memang biasanya deflasi. Tapi, tahun ini justru inflasi cukup tinggi, terutama akibat beras, cabai merah dan bawang merah. TPID harus segera merespon ini dengan kebijakan tata kelola perdagangan hasil pertanian yang benar. Apalagi nanti menghadapi April, masa panen sudah usai dan potensi lonjakan harga bahan pangan semakin tinggi," tambahnya.

Adapun, sepanjang bulan ini, Wahyu memproyeksikan akan mengalami inflasi rendah, bahkan berpotensi deflasi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumut Difi A. Johansyah mengatakan inflasi pada April 2016 khususnya akan meredam administered prices, sehingga bisa lebih rendah dari bulan-bulan sebelumnya. "Kuartal I/2016 ini memang kenaikan harga cukup tinggi. Pasca penurunan harga BBM ini kami berharap akan ada perbaikan," ujarnya.

Pada bulan lalu, BPS Sumut mencatat laju inflasi 0,27%. Inflasi tersebut terutama masih disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.

Kepala BPS Sumut Wien Kusdiatmono mengatakan pada Februari 2016, laju inflasi kelompok bahan makanan 0,65% dengan andil 0,14%. Untuk kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami kenaikan harga 2,92% dengan andil inflasi 0,45%.

Adapun, mulai besok (1/4/2016), pemerintah akan menurunkan harga premium menjadi Rp6.450 dan solar Rp5.150 dari sebelumnya premium Rp6.950 dan solar Rp5.650. Pemerintah berharap tidak ada gejolak harga hingga 6 bulan mendatang terutama menjelang Lebaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper