Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Jalan Tol, JSMR: Tiga Tahun Pertama Bleeding

Persaingan di industri jalan tol semakin ketat. Jika sebelumnya emiten berkode JSMR, yakni PT Jasa Marga Tbk. cukup dominan berperan dalam pembangunan jalan tol, kini bermunculan pesaing baru sesama BUMN, seperti PT Waskita Karya Tbk. (WSKT), PT Hutama Karya, dan PT Adhi Karya Tbk.
Reynaldi Hermansjah. /Bisnis.com
Reynaldi Hermansjah. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Persaingan di industri jalan tol semakin ketat. Jika sebelumnya emiten berkode JSMR, yakni PT Jasa Marga Tbk. cukup dominan berperan dalam pembangunan jalan tol, kini bermunculan pesaing baru sesama BUMN, seperti PT Waskita Karya Tbk. (WSKT), PT Hutama Karya, dan PT Adhi Karya Tbk.

Untuk mengetahui pengaruh keberadaan pesaing baru terhadap kinerja JSMR, Bisnis mewawancarai Direktur Keuangan JSMR Reynaldi Hermansjah, pekan lalu. Berikut petikannya.

Apakah kehadiran pesaing baru menggerus pasar JSMR?

Kalau kita liat, kuenya masih besar. Proyek jalan tol di Sumatra belum habis, masih ada Sulawesi, juga Kalimantan. Hal kedua adalah bisnis modelnya berbeda. Kalau kami ini kan memang perusahaan jalan tol. Mulai investasi dari awal, membangun hingga mengoperasikannya. Ini kami lakukan untuk keberlangsungan usaha sehingga kami sangat concern dengan proyeksi IRR [internal rate of return], tingkat pengembalian modal.

Di mana letak perbedaan dengan BUMN Karya lainnya, seperti WSKT dan Hutama Karya?

Kontraktor bisnis jalan tolnya berbeda. Salah satu tujuan dia meng ambil jalan tol adalah supaya contractual business-nya dapat. Kan langsung dapat kontraknya. Konstruksinya langsung dari mereka. Berbeda dengan kami yang harus melakukan tender ( konstruksi).

Bagi kontraktor mungkin mengenai sustainability belum terlalu penting. Namun, sebagai investasi kan karakteristik jalan tol, misalnya, Waskita dan Jasa Marga tak ada bedanya. Dalam arti, yang pasti pada tahun-tahun pertama atau dalam tiga tahun pertama pasti (aliran kas) negatif. Sekarang tinggal bagaimana teman-teman kontraktor itu harus memiliki strategi dan kiat-kiat untuk mengisi cash flow negatif ini.

Karena investasi yang sangat besar, kapan titik kembali modal di bisnis jalan tol?

Iya, jalan tol memang capital intensive. Untuk membangun satu kilometer saja plus minus diperlukan investasi Rp100 miliar. Jumlah itu untuk membangun jalan tol yang flat. Tidak termasuk jembatan atau elevated.

BEP (break even point) di industri jalan tol 25 tahun. Tiga tahun pertama bleeding. Secara bisnis bagus karena pendapatan lebih besar dari ongkos operasi sehingga dapatlah laba operasi. Namun, kan bangun jalan tol minjem. Minjem ada bunga sehingga jadi minus. Tidak mungkinlah bangun jalan tol pakek dana sendiri.

Bagaimana dengan investasi JSMR sendiri?

Sejak 2007 hingga 2018 investasi yang telah kami keluarkan sebesar Rp40,30 triliun dengan perincian 30% berasal dari ekuitas dan 70% melalui pinjaman.

Besarnya angka pinjaman untuk pendanaan proyek, ber pengaruh terhadap beban finansial yang sangat signifikan. Beban bunga yang ditanggung perseroan pada 2015 adalah Rp1,40 triliun, sedangkan laba bersih Rp1,46 triliun.

Latar belakang pekerjaan Anda adalah finansial khususnya di bidang pasar modal. Dengan beban utang dan bunga yang sebegitu besar, apa yang Anda lakukan sehingga perusahaan bisa memperoleh keuntungan?

Kami telah melakukan beberapa langkah restrukturisasi utang, baik dari aspek besaran bunga maupun jangka waktu utang obligasinya. Perseroan juga telah menerbitkan zero coupon bond beberapa tahun yang lalu untuk mengurangi beban cash flow yang dialami perseroan.

Ke depannya, perseroan berencana untuk menerbitkan obligasi infrastruktur di level anak perusahaan, di mana ruas-ruasnya telah beroperasi penuh untuk merestrukturisasi utang perbankan menjadi utang obligasi atau jangka panjang.

Saat ini JSMR memiliki belasan anak perusahaan di industri jalan tol, seberapa besar kepemilikan perseroan di anak-anak usaha tersebut?

Kepemilikan kami di anak perusahaan harus mayoritas, 55% sampai dengan 95%. Kayak di Semarang—Solo. Awalnya, kami 60:40. Pelan-pelan kami nge-top up karena dana teman-teman BUJT (badan usaha jalan tol) terbatas. Kami ambillah porsi mereka karena kami berkepentingan jalan ini harus jadi. Yang 95% itu di Gempol—Pasuruan.

Tidak tertutup kemungkinan strategi menengah panjang kami nantinya akan IPO (initial public offering)-kan anak perusahaan itu. IPO prinsipnya, balik ke induk sebagai modal induk, untuk ekspansi lagi jauh ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Rabu (23/3/2016)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper