Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemarau Musim Ini Bakal Mengikis Produktivitas Kopi dan Tebu

Musim kemarau yang bersifat basah yang diprediksi akan terjadi paruh kedua tahun ini diprediksi akan mengganggu produksi kopi robusta dan tebu nasional. Kendati demikian, produksi sejumlah komoditas perkebunan lain tetap prospektif.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Musim kemarau yang bersifat basah yang diprediksi akan terjadi paruh kedua tahun ini diprediksi akan mengganggu produksi kopi robusta dan tebu nasional. Kendati demikian, produksi sejumlah komoditas perkebunan lain tetap prospektif.

Direktur Penelitian dan Pengembangan PT Riset Perkebunan Nusantara, Gede Wibawa menyampaikan musim kemarau yang diiringi curah hujan di atas normal serta kondisi udar ayang lembab dapat memengaruhi produktivitas tanaman perkebunan.

“Pada dasarnya respons tiap komoditas berbeda-beda. Secara umum pada saat kemarau namun ada hujan, kelapa sawit, kakao, dan karet relatif lebih bagus produktivitasnya. kopi dan tebu cenderung sulit kalau banyak air saat musim kering,” kata Gede pada Bisnis, akhir pekan ini.

Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya menyampaikan prediksi tahun ini ada peluang terjadi dua anomali cuaca yaitu musimkemarau yang cenderung basah dan fenomena la nina yang mungkin menghampiri Tanah Air di penghujung tahun.

Kemarau basah yaitu meski mengalami musim kemarau, sebagian besar wilayah Indonesia tetap akan memiliki curah hujan cukup tinggi, berpotensi melewati intensitas ambang batas yaitu 150 mm. Indonesia akan mengalamikemarau mulai Mei mendatang.

Kemarau basah diprediksi terjadi pada peralihan dari musim kemarau yang dimulai Mei-Juni dan la nina yang diprediksi tiba di Indonesia pada sekitar Oktober-Desember. Kemarau basah terjadi menjelang la nina sehingga ada kemungkinan curah hujan yang lebih tinggi dari rata-rata.

Gede menyampaikan komoditas kelapa sawit dapat berproduksi lebih baik saat kemarau basah karena ketersediaan air dan mendapat penyinaran matahari lebih baik, dibandingkan saat musim kemarau biasa.

“Jika kemarau basah, kecil kemungkinan terjadi defisit air di musim kemarua tersebut, produktivitas kelapa sawit di tahun depannya bisa naik 5%-10%,” ungkap Gede.

Komoditas karet pun diprediksi akan meningkat produktivitasnya karena dengan air yang tersedia, maka pembentukan karet melalui lateks dapat lebih sempurna karena lateks mengandung 70% air. Gede memprediksi produktivitas karet bisa naik 10%-20% saat kemarau basah.

Selain itu, komoditas yang proyeksi volume produksinya meningkat saat kemarau basah yaitu daun teh karena membutuhkan banyak air. Gede memprediksi produksi komoditas unggulan Jawa Barat ini bisa meningkat 20%.

Terakhir, Gede memprediksi produksi kakao pun tercatat cukup prospektif saat kemarua basah berlangsung, mencapai peningkatan produktivitas sebesar 15% dibandingkan saat musim kemarau tanpa hujan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper