Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI RATE Dipangkas 75 Basis Poin, Jadi Sinyal BI Dorong Aliran Modal

Kebijakan Bank Indonesia memangkas BI Rate hingga 75 basis poin selama tiga bulan pertama tahun ini, mengirimkan sinyal yang memperkuat keyakinan investor hingga mendorong aliran masuk modal asing
Kantor Bank Indonesia/Reuters-Darren Whiteside
Kantor Bank Indonesia/Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA- Kebijakan Bank Indonesia memangkas BI Rate hingga 75 basis poin selama tiga bulan pertama tahun ini, mengirimkan sinyal yang memperkuat keyakinan investor hingga mendorong aliran masuk modal asing.

Bank sentral mencatat dana asing senilai Rp46 triliun membanjiri pasar dalam negeri yang mencerminkan keyakinan terhadap posisi investasi Indonesia di tengah kondisi global yang belum membaik.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan naiknya minat investor asing di investasi portofolio menunjukkan optimisme pasar global terhadap prospek Indonesia.

“Bank sentral lain itu tidak terlalu berkeingin an menaikkan suku bunga, jadi itu membawa kondisi untuk negara-negara berkembang termasuk Indonesia,” ucapnya, di Jakarta, Jumat (18/3/2016).

Kebijakan lanjutan yang ditempuh BI dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Kamis (18/3) me - nempatkan BI Rate di level 6,75%.

Menurut Agus, turunnya BI Rate mem berikan rasa kepercayaan tinggi bagi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sehingga menjadi dasar keyakinan investor asing terhadap fundamental ekonomi dalam negeri.

BI optimistis target produk domestik bruto (PDB) tumbuh 5,2%—5,6% pada tahun ini. Sementara itu, pada kuartal I/2016, BI menyiratkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1% dan kuartal II/2016 pada level 5,2%—5,3%.

“Kondisi ekonomi dunia masih dalam kondisi yang belum menggembirakan, kita di Indonesia kondisinya jauh lebih membaik,” katanya.

Pada perdagangan akhir pekan, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup stagnan di level 4.885,71 seiring dengan menghijaunya lantai bursa di Asia Pasifik.

Sepanjang pekan ini, IHSG menguat 1,49% sebesar 71,93 poin setelah pekan lalu tertekan 0,76% ke level 4.813,77. Sepanjang tahun berjalan, indeks naik 6,37%.

Investor asing mencatat aksi beli bersih senilai Rp747,6 miliar pada perdagangan akhir pekan. Sejak awal tahun, investor asing mencatat net buy Rp4,63 triliun dengan total pembelian Rp131,8 triliun year-to-date.

Nilai tukar rupiah pada perdagangan akhir pekan di pasar spot terdepresiasi 0,32% sebesar 42 poin ke level Rp13.117 per dolar AS.

Reza Priyambada, Kepala Riset PT Nong Hyup Koorindo Securities Indonesia, menilai se panjang pekan ini lantai bursa diguyur sentimen positif dari berbagai sisi. Dia mencontohkan, sentimen positif yang menyokong IHSG a.l. penurunan BI Rate, batalnya Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga acuan, peningkatan cadangan devisa, stabilitas kurs rupiah, hingga rebound harga minyak mentah dunia.

Secara terpisah, analis PT Reliance Securities Tbk. Lanjar Nafi, menilai mayoritas bursa Asia menghijau kecuali Jepang. Sentimen disokong oleh penguatan harga minyak hingga mendekati US$40 per barel dan naiknya gairah properti di China.

Kendati demikian, j ika dilihat da ri nilai rata-ra ta transaksi ha rian di lantai bur sa sepanjang Januari 2016 masih berada dikisaran Rp5 triliun dibandingkan dengan periode yang sama 2015 yang mencapai Rp6,5 triliun.

Satu sisi dari emisi efek, baik penerbitan obligasi maupun penawarn saham perdana, posisi Januari tahun ini masih relatif lebih baik. Dari sisi
pe nerbitan saham perdana pada Januari 2016 sebesar Rp110,24 miliar.

Jika diilihat dari sisi penarikan dana per - bankan, jumlah fasilitas kredit yang belum ditarik (undisbursed loan) untuk committed pinjaman pada posisi Januari 2016 sudah mengalami penurunan. Kondisi ini sedikit menggambarkan adanya aktivitas ekonomi masyarakat di awal-awal tahun.

Ekonom Universitas Gadjah Mada Yogyakar ta A. Tony Prasentiantono menjelaskan hot money tetap perlu diwaspadai agar bertahann dengan menjaga variabel makroekonomi selalu dalam kondisi yang kondusif seperti inflasi, iklim usaha, implementasi deregulasi dan seba -gainya.
“Iklim usaha menunggu implementasi di

Eric Alexander Sugandi, Senior Economic Ana lyst Kenta Institute, menuturkan persepsi pelaku pasar finansial dan investor portofolio global terhadap Indonesia membaik seiring dengan data-data fundamental ekonomi Indonesia yang juga cenderung mengalami perbaikan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis :
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (19/3/2016)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper