Bisnis.com, JAKARTA - International Air Transport Association menilai industri kargo udara dunia perlu melakukan tranformasi secara berkelanjutan dalam memberikan nilai tambah bagi konsumen agar bisa bersaing ke depannya.
CEO dan Direktur Umum IATA Tony Tyler mengatakan kargo udara masih menghadapi lingkungan bisnis yang sulit sejak 2010. Pada tahun lalu, pertumbuhan volume kargo udara hanya sekitar 1,9%.
"Jika dibandingkan dengan menggunakan transportasi lainnya, kargo udara merupakan pelayanan premium. Namun, rating kepuasan dari pelanggan justru hanya sebesar 7 dari rata-rata 10. Itu tidak cukup baik,” katanya dalam siaran pers, Kamis (17/3/2016).
Tyler menambahkan industri kargo udara masih harus meningkatkan kualitas layanannya dengan lebih modern, terutama menyangkut kecepatan dan fleksibilitas. Oleh karena itu, industri kargo udara mau tidak mau harus segera bertransformasi.
Dia mencontohkan saat ini saja ada kekhawatiran dari para pelanggan terhadap pelaku pesawat kargo dalam melakukan pengiriman barang, terutama menyangkut ketepatan waktu dan kontrol suhu di ruang kargo pesawat.
“Pengiriman obat misalnya, kecepatan waktu dan kontrol suhu tempat penyimpanan harus tepat. Keselamatan pasien menjadi fokus perhatian. Ini artinya, pelayanan kargo udara harus cepat berkembang untuk bisa mengakomodir itu,” tuturnya.
Selain itu, isu keselamatan yang tengah menjadi sorotan, yakni baterai lithium. Pelaku industri kargo udara telah bekerja keras untuk memastikan agar baterai lithium bisa diangkut dengan aman, sesuai standar internasional yang berlaku.
Namun, dengan produksi baterai lithium sebanyak 400 juta unit setiap pekan, International Civil Aviation Organization (ICAO) melihat adanya risiko cacat produk, sehingga tidak sesuai dengan standar barang berbahaya dari aturan ICAO.
Tyler menilai segala persoalan kargo udara bisa diatasi apabila ada kerja sama yang baik di antara pemangku kepentingan. Dengan visi yang sama, dia optimistis industri kargo udara bisa berkembang dalam beberapa dekade mendatang.
Tak hanya itu, pelaku kargo udara juga diharapkan mampu memberikan pelayanan yang lebih handal, berkualitas dan harga kompetitif kepada para pelanggan. Dengan demikian, bisnis kargo udara tidak hanya bertahan, namun juga prospektif kedepannya.
Pada tahun ini, IATA memprediksi volume kargo udara tumbuh 3,0% dari tahun lalu. Namun, imbal hasil yang diterima diprediksi turun 5,5% mengingat masih adanya tekanan yang kuat dari pesawat penumpang dan moda transportasi lainnya.
Berdasarkan data IATA, pendapatan kargo udara dunia sempat menembus US$67 miliar pada 2011 yang lalu. Namun, pada tahun lalu, pendapatan kargo udara hanya mencapai US$52 miliar, atau anjlok 29% dari 2011.