Bisnis.com, JAKARTA – Nilai investasi kereta cepat Jakarta-Bandung turun dari sebelumnya US$5,5 miliar menjadi US$5,1 miliar setelah PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) merevisi feasibility study sebagai syarat mendapatkan izin konsesi.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan nilai investasi tersebut merupakan hasil feasibility study (FS) terbaru setelah adanya perubahan rencana pembangunan ruas, dari semula Gambir- Bandung menjadi Halim-Bandung.
“Jadi US$ 5,1 miliar. Mereka merevisi jadi segitu dalam fs yang baru,” katanya Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (16/3/2015).
Namun, Jonan tidak memerinci adakah perubahan komposisi pendanaan, baik yang berasal dari China Development Bank (CDB) maupun yang diusahakan oleh konsorsium kereta cepat. Sebelumnya, CDB akan memberikan pinjaman sebesar 75% dari total investasi, sedangkan 25% sisanya berasal dari konsorsium.
Saat ini, dia mengatakan tengah menunggu kesiapan dari KCIC setelah FS dituntaskan. Izin konsesi memang djadwalkan akan disepakati hari ini antara pihak Kementerian Perhubungan-KCIC. Namun, sampai saat ini MOU belum juga diteken dan molor dari waktu yang ditentukan pada siang tadi.
Adapun, Jonan mengatakan penghitungan masa konsesi telah disepakati mulai dihitung sejak 50 tahun sejak pengoperasian, yang tanggal operasinya akan ditentukan oleh Kemenhub dalam perjanjian konsesi.
“Tinggal cari waktu tanda tangan saja. Kalau memang hari ini, yang teken Dirjen bukan saya,” ujarnya.
Adapun, dia mengatakan izin pembangunan seharusnya akan dituntaskan dalam waktu dekat setelah izin konsesi diteken.
“Jadi kalau konsesi tandatangan hari ini, besok izin usaha keluar, lusanya izin pembangunan keluar. Harusnya begitu,” jelasnya.