Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Proyek Kilang Mini Tak Ekonomis

Proyek pembangunan kilang minyak mentah yang ditempatkan di dekat lapangan minyak berkapasitas rendah kurang ekonomis. Ini alasannya.
Kilang minyak di Cilacap, Jawa Tengah/Antara-Idhad Zakaria
Kilang minyak di Cilacap, Jawa Tengah/Antara-Idhad Zakaria

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan Proyek pembangunan kilang minyak mentah yang ditempatkan di dekat lapangan minyak berkapasitas rendah kurang ekonomis.

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Setyorini Tri Hutami mengatakan tak terealisasinya 24 izin yang telah dikeluarkan dikarenakan kurang ekonomisnya proyek, mengingat kapasitas kilang hanya berkisar 2.000 hingga 3.000 barel per hari. Sedangkan, keekonomian proyek lebih baik bila kapasitasnya di atas angka 10.000 bph.

"Enggak ekonomis. Mungkin karena kilangnya kecil crude-nya," ujarnya dalam diskusi tentang Membangun Ketahanan Energi Nasional melalui Kilang Mini, Prospek dan Tantangannya di Jakarta pada Senin (7/3/2016).

Hingga saat ini, belum ada lagi perusahaan yang menyatakan minatnya untuk turut terlibat dalam proyek ini.

Sebagai contoh, dia menyebut PT Indo Kilang Prima yang sudah memiliki izin sementara. Meski demikian, belum ada komunikasi lagi terkait hal itu. Usulan kapasitasnya, katanya belum pasti karena sempat mengalami perubahan dari 6.000 bph menjadi 3.000 bph.

Oleh karena itu, harga menjadi komponen penting yang berkontribusi terhadap rasio pengembalian investasi (internal rate of return/IRR).

"Tapi kalau yang ekonomis mestinya di atas 10.000. Itu tadi makanya, harga crude yang menjadi penting," katanya.

Untuk membangun satu kilang berkapasitas 2.000 bph dibutuhkan dana hingga US$8 juta. Sementara itu, untuk waktunya paling tidak diperlukan investasi hingga US$8 juta.

Terkait dengan insentif fiskal yang diberikan guna mengerek keekonomian, pihaknya perlu berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan. Pastinya, harga minyak akan jauh lebih murah di mulut sumur karena tak perlu mengeluarkan biaya transportasi. "Untuk insentif kita belum tahu tapi harga minyaknya pasti lebih rendah."

Adapun, delapan klaster yang menjadi sasaran yaitu Cluster I Sumut (Rantau dan Pangkalan Susu), Cluster II Selat Panjang Maluku (EMP Malacca Strait dan Petroselat), Cluster III Riau (Tonga, Siak, Pendalian, Langgak, West Area dan Kisaran), Cluster IV Jambi (Palmerah, Mengoepeh, Lemang dan Karang Agung), Cluster V Sumsel (Merangin II dan Ariodamar), Cluster VI Kalsel (Tanjung), Cluster VII Kalimantan Utara (Bunyu, Sembakung, Memburungan dan Pamusian Juwata) dan Cluster VIII Maluku (Oseil dan Bula).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper