Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terganjal Regulasi, Ekspor Rumput Laut di Sulsel Belum Optimal

Ekspor komoditas rumput laut di Sulawesi Selatan dinilai masih belum optimal karena terhambat beberapa regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu, kondisi nilai tukar rupiah yang melemah juga menyeret pertumbuhan nilai ekspor sepanjang tahun lalu.
Budi daya rumput laut/Antara-Izaac Mulyawan
Budi daya rumput laut/Antara-Izaac Mulyawan

Bisnis.com, MAKASSAR - Ekspor komoditas rumput laut di Sulawesi Selatan dinilai masih belum optimal karena terhambat beberapa regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu, kondisi nilai tukar rupiah yang melemah juga menyeret pertumbuhan nilai ekspor sepanjang tahun lalu.

Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Aziz mengatakan Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah yang berkontribusi cukup besar pada ekspor rumput laut nasional. Namun, pertumbuhan nilai dan volume ekspornya masih terbatas karena belum memiliki daya saing dibandingkan dengan produk serupa dari luar negeri.

"Ekspor dari Sulsel masih terkendala dari logistik, contohnya saja biaya kirim dari Makassar ke Surabaya bisa sampai Rp1.000 per kilogram, sedangkan produk dari China hanya Rp350. Itu yang membuat harganya menjadi mahal dan tidak memiliki daya saing," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (16/2/2016).

Dia juga menambahkan pertumbuhan ekspor terdampak karena ada wacana penerapan bea keluar untuk produk rumput laut, sehingga banyak negara tujuan ekspor yang akhirnya mencari pemasok rumput laut dari negara lain.

Di sisi lain, regulasi pemerintah yang melarang ekspor rumput laut mentah juga membuat kinerja ekspor melempem secara nasional. Padahal, Safari menilai ekspor rumput laut mentah mendominasi komposisi ekspor nasional, sedangkan produk olahan rumput laut masih terkendala dari tingginya biaya produksi.

Meskipun demikian, pada tahun ini ARLI segera membangun empat pabrik pengolahan rumput laut baru di Sulawesi Selatan. Fungsinya agar bisa menyerap seluruh hasil panen petani dan mengolahnya menjadi produk-produk turunan.

"Kami rencanakan pembangunan empat pabrik bisa dilakukan tahun ini, tetapi semuanya tetap tergantung dari insentif yang akan diberikan oleh pemerintah," katanya.

Keempat pabrik pengolahan tersebut akan menambah lima pabrik rumput laut yang sebelumnya telah eksis, sehingga akan ada sembilan pabrik pengolahan rumput laut di Sulawesi Selatan. Setiap pabrik tersebut akan memiliki kapasitas produksi sebesar 500 ton per bulan, atau sekitar 6.000 ton per tahun.

"Kapasitasnya masih kecil, tetapi produksi produk olahan ini juga harus diiringi edukasi kepada masyarakat untuk mengonsumsi produk-produk rumput laut seperti bahan pengenyal yang lebih sehat," katanya.

Meskipun demikian, dia optimistis kinerja ekspor pada tahun ini akan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu karena kondisi ekonomi global yang mulai membaik.

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan Nursam Salam memaparkan nilai ekspor produk-produk rumput laut sepanjang tahun lalu mencapai US$105,39 juta, atau melemah 28,26% dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar US$146,91 juta. "Nilai komoditas ekspor mayoritas terdampak dari pelemahan kurs rupiah," katanya.

Adapun, volume ekspor produk-produk rumput laut pada tahun lalu tumbuh 5% dari 12.449 ton pada 2014 menjadi 13.171 ton sepanjang 2015. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper