Bisnis.com, JAKARTA - Dua tahun lalu, 450 delegasi dan peserta International Conference on Oil Palm and the Environment (ICOPE), mengakhiri konferensi internasional tentang kelapa sawit dan lingkungan ke-4 dengan kesadaran bahwa kelapa sawit berada pada jalur yang tepat sebagai model pertanian berkelanjutan.
Apa yang kita saksikan pada industri kelapa sawit sekarang merupakan langkah maju yang patut diapresiasi, walaupun industri kelapa sawit relatif berumur masih muda, karena belum mencapai tahap pengembangan selama 50 tahun, kendati budidaya untuk tujuan komersial telah dimulai pada 1911.
Kelapa sawit meningkatkan harga tanah yang sudah tentu bermanfaat bagi pemilik lahan dan petani. Dari sisi produktivitas, kelapa sawit mampu memproduksi rata-rata empat ton minyak per hektar lahan, bahkan hingga lima, enam sampai tujuh ton per hektar.
Walaupun telah dibudidayakan secara intensif, kelapa sawit hanya memerlukan hanya kurang dari 0,5 kg bahan pestisida aktif per hektar, atau kurang dari 0,15 kg per ton minyak. Petani kelapa sawit menerapkan manajemen pengendalian hama terpadu sedemikian intensif dan konsisten, dengan pendekatan biocontrol. Hal ini dilakukan misalnya melalui pemanfaatan burung hantu untuk pengendalian hama tikus, penggunaan tanaman-tanaman tertentu untuk pengedalian hama perusak tanaman, dan lain-lain.
Hal penting lainnya yang patut mendapat perhatian adalah bahwa kelapa sawit dapat tumbuh bersama gulma dan tanaman lain dengan jumlah lebih dari 180 jenis gulma vaskular -dalam satu areal. Bila dibudidayakan dengan tepat, tidak hanya dapat menjaga tingkat kesuburan tanah, tetapi justru dapat memperkaya kandungan karbon organik, karena tingginya kandungan biomassa yang dihasilkan melalui asimilasi karbon dari atmosfir, dan secara terus-menerus mendaur ulang karbon organik ke tanah, selama musim panen, pemangkasan dan penanaman kembali (replanting).
Daftar karakteristik ekologis kelapa sawit sesungguhnya bisa lebih panjang lagi. Walaupun kapasitas industri kelapa sawit dalam kontribusinya membantu pengentasan kemiskinan memiliki potensi besar untuk berkembang, industri kelapa sawit berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan petani sehingga mereka dapat menikmati akses pada pelayanan kesehatan dan pendidikan dengan lebih baik. Dengan kolaborasi multi pihak dan investasi pada program-program pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah dan pemangku kepentingan terkait, para petani dapat memperoleh manfaat besar dari kontribusi industri kelapa sawit.
Dalam kontensi ini ICOPE yang diinisiasi oleh PT SMART Tbk, World Wide Fund for Nature (WWF) dan CIRAD sebuah lembaga riset agrikultur dari Prancis, diselenggarakan untuk mendorong kapasitas tanaman kelapa sawit untuk lebih memperhatikan lingkungan dan mendorong semua pemangku kepentingan untuk berbagi pengalaman dan solusi nyata.
Kolaborasi tiga pihak PT SMART Tbk dengan kapasitasnya dalam budidaya kelapa sawit berkelanjutan, WWF dengan kapasitasnya dalam isu-isu lingkungan dan konservasi keanekaragaman hayati, dan lembaga CIRAD dengan keahlian dan pengetahuan ilmiahnya terhadap budidaya kelapa sawit yang inovatif dan diperoleh dari penelitian yang panjang di berbagai benua, Asia Tenggara, Afrika dan Amerika Selatan, kembali akan menjadi katalis dalam konferensi internasional ICOPE ke-5 tahun ini.
Sejak forum ilmiah internasional ini diselenggarakan pertama kali pada tahun 2007, ICOPE menjadi referensi industri karena fokus pada isu-isu lingkungan yang terkait dengan kelapa sawit. Selama empat kali penyelenggaraannya, ICOPE menyajikan rekomendasi-rekomendasi perbaikan berkesinambungan tentang praktik-praktik terbaik bagi industri kelapa sawit, baik skala perusahaan maupun petani mandiri, termasuk dengan menerapkan teknologi intensifikasi produksi yang ramah lingkungan.
Tahun ini, ICOPE yang diselenggarakan pada medio Maret 2016, akan fokus pada budidaya kelapa sawit dan perubahan iklim bagaimana industri ini dapat berperan dalam langkah-langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim melalui pemilihan lahan dan praktik berkebun berkelanjutan, terutama melalui penggunaan pupuk yang optimal, pemanfaatan biomassa, implementasi teknologi pemanfaatan metana dan konversi.
*) J.P. Caliman, Director, SMART Research Institute & Chairman of ICOPE 2016