Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan pelaku industri sawit nasional masih memantau pergerakan harga minyak dunia yang diproyeksikan terus berada di level rendah, sebelum memproyeksikan kinerja industri tersebut pada tahun ini.
Pasalnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan dalam beberapa pekan terakhir, terjadi anomali pada korelasi antara harga minyak dunia dan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Menurutnya, yang baru-baru saja terjadi yaitu meski harga minyak dunia menunjukkan penurunan, harga CPO global tidak ikut terkerek turun. Padahal, selama bertahun-tahun, harga CPO selalu bercermin pada harga minyak dunia.
“Artinya dengan harga minyak turun, harga CPO yang tidak serta-merta turun ini tentu melegakan kami [industri sawit]. Tapi kami masih melihat ke depan dampaknya [ke industri sawit] akan seperti apa. Selama ini kan harga CPO dan minyak mentah sangat terkait, ” kata Joko saat dihubungi Bisnis, Rabu (27/1/2016).
Joko berharap fenomena ini terus berlanjut mengingat tahun ini Iran akan kembali mengekspor minyak mentahnya dan diprediksi akan kembali menggoyahkan harga minyak dunia. Menurut Joko, gap harga minyak mentah dan CPO saat ini cukup lebar.
Kendati demikian, Joko mengatakan ada dampak tidak langsung yang menerpa industri sawit jika harga minyak dunia tetap melemah. Konsekuensi yang paling terasa, katanya, yaitu perlemahan ekonomi pada negara-negara konsumen minyak.