Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Seret Pasir Lumajang, Kontraktor Keluhkan Naiknya Biaya Produksi

Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengemukakan permasalahan operasional tambang pasir di Lumajang sangat mengganggu bisnis konstruksi di dalam negeri
Ilustrasi./.
Ilustrasi./.

Bisnis.com, SURABAYA— Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengemukakan permasalahan operasional tambang pasir di Lumajang sangat mengganggu bisnis konstruksi di dalam negeri.

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengatakan suplai pasir dari Lumajang tidak mudah digantikan dari daerah lain karena menyangkut kualitas hasil galian. Sejalan dengan penutupan aktivitas tambang di sana maka pebisnis konstruksi kesulitan dapat suplai pasir dengan kualitas setara.

“Sudah dikasih 15 yang boleh untuk ditambang, tetapi praktik di lapangan mereka harus benar-benar menyesuaikan tempatnya secara benar,” katanya, di Surabaya, Rabu (20/1/2016).

Keluhan soal kelangkaan suplai pasir berkualitas setara dengan Lumajang disampaikan Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi). Kondisi ini membuat pebisnis harus mencari formula lain guna mengakali kualitas bahan bangunan agar hasilnya bisa setara dengan pasir Lumajang.

“Biaya produksi memang naik tidak seberapa, paling banyak 2%. Tapi kualitas yang baguslah yang sulit didapatkan,” kata Ketua Gapensi Muhammad Amin. 

Kelangkaan pasir bahan beton asal Lumajang di Jawa Timur berlangsung sejak tahun lalu. Kondisi ini membuat berbagai proyek infrastruktur terhambat. Guna menjalankan pembangunan sesuai  hitam di atas putih, kontraktor putar otak mengakalinya agar bahan bangunan tetap berkualitas.

Amin menyatakan secara kuantitas Lumajang bukan pemasok dominan kebutuhan pasir. Porsi suplai dari daerah ini sekitar 30% - 40% permintaan pasir di Tanah Air. Tapi kualitas yang dihasilkan dinilai sebagai yang terbaik dibandingkan dengan daerah lain.

Seret pasir dari Lumajang terjadi pascamoratorium penambangan pasir di sana. Hal ini diberlakukan menyusul terjadinya kisruh tambang pasir. Selain merepotkan kontraktor karena biaya produksi meningkat, kondisi ini juga menyusahkan lantaran memicu kenaikan harga pasir dari daerah lain.

“Oleh karena itu pertambangan itu harus plus, plus ajak masyarakat sekitar,” kata Saifullah. Saat ini Indonesia memegang sekitar 70% - 80% pasar konstruksi Asean, dan sekitar 10% - 20% di antaranya ada di Jawa Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper