Bisnis.com, JAKARTA-- Menyusul kebijakan pemerintah yang berencana mewajibkan importir kedelai untuk menyerap kedelai lokal sebelum melakukan impor kedelai, kalangan petanimenilai mereka membutuhkan dukungan khusus untuk menghasilkan kedelai berkualitas.
Pasalnya, selama ini produksi kedelai lokal kerap dinilai tidak dapat bersaing dengan kedelai impor dan kualitasnya pun belum dapat bersaing. Hal tersebut menyebabkan produksi kedelai lokal terpinggirkan dan harganya terus jatuh.
Ketua Gapoktan (gabungan kelompok tani) Sinar Harapan kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Isnanto mengatakan untuk dapat bersaing di level yang sama dnegan kedelai impor, pemerintah hendaknya memperkuat dukungan dan memberikan pembekalan pada petani kedelai lokal.
Kalau nanti memang ada program semacam itu [kewajiban serapan kedelai lokal bagi importir kedelai], maka pemerintah harus lebih intensif mengajak petani. Misalnya diberikan stimulan benih, pupuk, lalu pendampingan, ujar Isnanto, Selasa (19/1).
Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu sentra produksi kedelai yang dikelola oleh pemerintah dalam program GPPTT (Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu) sehingga secara rutin mendapatkan bantuan benih dan pupuk.
Data yangBisniskutip dari Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian menunjukkan impor kedelai sepanjang 2015 yaitu 1,964 juta ton atau naik tipis dari tingkat impor tahun sebelumnya yaitu 1,926 juta ton. Pasar utama importir kedelai yaitu pengusaha tahu dan tempe.