Bisnis.com, JAKARTA - Chairman Supply Chain Indonesia Setijadi menegaskan pentingnya koordinasi kementerian dan pemerintah daerah untuk meningkatkan infrastruktur dan transportasi yang bisa menurunkan biaya logistik.
Koordinasi tersebut juga untuk menghindari sejumlah persoalan timpang tindih proyek. misalnya pembangunan pelabuhan tanpa dukungan akses jalan yang memadai, pembangunan cold storage tanpa didukung dengan ketersediaan listrik yang memadai.
Setijadi juga menyatakan inefisiensi logistik Indonesia tergambar dari biaya transportasi berbagai komoditas yang lebih tinggi dibandingkan biaya pengiriman dari negara lain.
Setijadi memberi contoh biaya pengiriman daging sapi dari NTT ke Jakarta sekitar Rp 3.000 per kilogram, sementara itu dari Australia hanya sekitar Rp 700 per kilogram. Biaya pengiriman ikan dari Ambon ke Surabaya rata-rata Rp 1.800 per kilogram, sedangkan dari China rata-rata Rp 700 per kilogram.
Dia menambahkan, ketidakseimbangan volume barang antara Indonesia bagian barat dengan bagian timur menyebabkan kesenjangan pertumbuhan ekonomi. Konsep tol laut menurut Setijadi adalah solusi yang baik untuk mendorong pemerataan ekonomi ke seluruh Indonesia dengan semakin mudahnya akses pengiriman barang antar wilayah.
Oleh sebab itu rencana pembangunan tol laut sangat penting untuk mengurangi beban angkutan di arena barat dan bisa tersalurkan ke daerah timur, ungkap Setijadi, Senin (18/1/2016).
Meskipun demikian, Setijadi mengingatkan pembangunan infrastruktur dan transportasi laut tidak cukup tanpa didukung dengan peningkatan aksesibilitas transportasi darat. Menurutnya, selama belum ada sinergi yang baik antar moda transportasi maka target efisiensi belum tentu akan tercapai.
Sebagai contoh, harga semen di wilayah Papua hingga Rp1,2 juta di Wamena yang tidak bisa dicapai dengan transportasi jalan. Sementara, disparitas harga semen di Jayapura masih dalam batas wajar dibandingkan harga di Pulau Jawa, tutur Setijadi.