Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Materi Pembicaraan Bos BI dengan Presiden Finlandia

Bank Indonesia hari ini, Rabu (4/11/2015) menerima kunjungan kenegaraan Presiden Finlandia Sauli Niinisto. Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan pertemuan tersebut membicarakan kondisi perekonomian Indonesia dan Finlandia serta dunia, kesiapan dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan Euro zone.
Agus Martowardojo/Antara
Agus Martowardojo/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia hari ini, Rabu (4/11/2015) menerima kunjungan kenegaraan Presiden Finlandia Sauli Niinisto.

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan pertemuan tersebut membicarakan kondisi perekonomian Indonesia dan Finlandia serta dunia, kesiapan dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan Euro zone.

"Kami memahami bahwa ekonomi dunia di 1997-1998 pernah ada krisis Asia, 10 tahun kemudian ada lagi krisis di Amerika Serikat yang kemudian jadi krisis dunia, lalu krisis di Eropa. Sekarang dialami negara berkembang. Diskusi kami lebih banyak diskusi dengan ekonomi negara masing-masing, inisiatif regional dan ekonomi dunia," ujarnya di Gedung BI, Rabu (4/11/2015).

Indonesia, lanjutnya, telah mengambil pelajaran dan pengalaman dari krisis Asia yang terjadi pada 1997 -1998.

Krisis yang terjadi pada saat itu tidak hanya krisis di sektor ekonomi saja tetapi di bidang politik dan sosial juga mengalami krisis.

"Saya jelaskan Indonesia belajar dari krisis itu tahun 1997-1998. Itu yang buat Indonesia bisa lewati krisis 2008. 2008 itu krisisnya besar," kata Agus.

Indoensia memiliki sektor keuangan dan perbankan yang kuat. Hal itu terlihat dari rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) saat ini berada di level 2,7% secara gross.

"Dulu, NPL di atas 48%. Rasio kecukupan modal dulu -17% sekarang di atas 20%. Tingkat bunga pun pada tahun 1998 berada di level 77% berbeda dengan saat ini yang berada di level 7,5%," ucap Mantan Menteri Keuangan Era Pemerintahan SBY.

Kekuatan sektor perbankan inilah yang menjadi kekuatan Indonesia dalam menghadapi krisis.

Selain itu, Indonesia memiliki aturan di kuangan negara yang tidak memperbolehkan defisit transaksi berjalan (CAD) yang lebih dari 3% dan external debt terhadap gross domestic product (GDP) tidak boleh lebih dari 60%.

"Karena 14 tahun terakhir kita punya defisit. Kalaupun ada tida pernah lebih dari 2,4% untuk CAdnya. Utang terhadap GDP sekarang kan 24% jauh dari 60%," tutur Agus.

Dia menambahkan Indonesia memiliki Bank Indonesia yang independen dalam mengelola moneter dan punya inflation targeting framework sehingga bank sentral fokus dalam upaya menjaga inflasi.

"Saya ceritakan kurs lebih fleksible sehingga cerminkan fundamental ekonomi Indonesia dan alat utk cegah krisis," ucap Agus.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper