Bisnis.com, JAKARTA--Operator Bus Transjabodetabek, Perum Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) mengeluhkan sedikitnya penumpang yang menggunakan bus lintas kota dan provinsi itu. Salah satu penyebabnya adalah karakter penumpang yang bersiasat untuk memperoleh harga termurah untuk tetap naik Transjabodetabek.
Manager Operasi Perum Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) Hendri Dunan menuturkan hanya ada 8-10 penumpang per bus/hari yang menggunakan Transjabodetabek tanpa melalui halte Transjakarta. Jumlah penumpang tersebut yang membayar tarif Transjabodetabek sebesar Rp9.000, sementara penumpang yang menumpang bus milik perusahaan negara itu di halte Transjakarta secara gratis.
Rencananya, Rabu (21/10) tim manajemen akan turun ke lapangan untuk mengecek kondisi di pasar saat ini. Ke depan, tidak menutup kemungkinan melakukan penyesuaian lintasan. Untuk tarif, sudah saya hitung tidak bisa dilakukan penyesuaian, ucapnya, Senin (19/10/2015).
Karakter penumpang yang mencari transportasi dengan harga termurah menjadi faktor yang memengaruhi rendahnya minat pengguna Transjabodetabek. Dia mencontohkan pada rute Harapan Indah (Bekasi)Pasar Baru (Jakarta), penumpang biasanya akan memilih naik angkutan mikrolet dengan biaya Rp2.000 untuk menuju halte Transjakarta terdekat.
Selanjutnya, penumpang masuk ke shelter busway itu dengan biaya Rp3.500 dan naik Transjabodetabek secara gratis. Dengan begitu, penumpang dapat menghemat Rp3.500 daripada langsung menggunakan Transjabodetabek dengan biaya Rp9.000.
Dia mengaku tidak pernah menyangka pilihan penumpang yang lebih mengorbankan kenyamanan untuk memperoleh biaya transportasi semurah-murahnya. Penyesuaian tarif akan dikaji dengan tetap memperhatikan biaya operasional.
Kita melihat itu ke depan seperti apa, kita harus hitung biaya operasional kita. Kalau kita misalnya sesuaikan tarif tapi tidak menutup biaya operasional kan juga percuma. kita berharap dilirik oleh pemerintah, jelasnya.
Hadirnya Badan Penyelenggara Transportasi Jabodetabek menjadi angin segar bagi Perum PPD. Hendri berharap pemerintah campur tangan dalam menangani operasional bus Transjabodetabek yang masih sepi penumpang. Belum lagi, mobilitas penduduk ke pusat kegiatan ekonomi masih harus bersaing dengan kendaraan bermotor roda dua yang menawarkan biaya lebih murah.
Saya yakin semua bisa apalagi ada Badan Penyelenggara Transportasi Jabodetabek sudah pasti pelayanan kita akan lebih maksimal lagi karena ada peran pemerintah untuk membiayai kegiatan tersebut, katanya.