Bisnis.com, JAKARTA – Penggiat mainan edukatif dan tradisional menantikan realisasi proyek pengadaan mainan dari lembaga-lembaga pemerintah yang bisa menopang kinerja pada semester ini.
Ketua Umum Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (Apmeti), Danang Sasongko, mengatakan, hingga memasuki awal kuartal keempat realisasi proyek tersebut belum seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Biasanya setelah awal tahun ajaran baru, sekitar Agustus hingga September sudah masuk. Ini belum ada. Sekarang hanya menunggu saja hingga ada realisasi anggaran, tunggu orderan,” katanya kepada Bisnis.com belum lama ini.
Dia mengatakan, saat ini omzet tiap-tiap pengusaha turun berkisar 10%-15% akibat produksi yang melambat, yang akhirnya membuat stok menumpuk.
“Perputaran uangnya masih kurang. Semester I memang ada musim pesanan, itu sekitar Februari hingga April. Tapi memang tidak banyak. Yang ditunggu perajin ya, yang sekarang ini,” katanya.
Dia menjelaskan, bahwa pelaku industri mainan edukatif dan tradisional bertumpu pada proyek pemerintah, yang porsi serapan produksinya mencapai 40%. Adapun sisanya untuk lembaga swadaya maupun sektor privat yang membutuhkan.
Saat ini, produksi rata-rata tiap perajin yang pada masa normal bisa mencapai 5.000 unit per bulan, turun 30% atau menjadi 3.500 unit per bulan. “Kita ada 40 perajin, ya sekarang rata-rata 140.000 unit per bulan,” katanya.