Bisnis.com, JAKARTA - Operator bandara milik negara, PT Angkasa Pura I (Persero) berencana mencari pendanaan hingga Rp10 triliun guna menunjang pengembangan bandara dan bisnis non-inti perseroan hingga lima tahun mendatang.
Corporate Secretary Angkasa Pura (AP) I Farid Indra Nugraha mengatakan perseroan telah melakukan studi terkait pendanaan tersebut. Rencananya, pendanaan perseroan tersebut akan terdiri dari pinjaman bank dan obligasi.
“Pendanaan untuk proyek pembangunan itu akan menggunakan dua pola, yakni pinjaman bank dan obligasi. Kami akan melakukan evaluasi dan rating pada tahun ini, dan tahun depan sudah siap untuk melakukan due diligence,” katanya, Kamis (15/10/2015).
Sayangnya, Farid tidak menyebutkan besaran nilai obligasi yang bakal diterbitkan perseroan tersebut. Meski demikian, dia memperkirakan nilai pendanaan melalui obligasi akan jauh lebih besar ketimbang pinjaman bank.
Dia mengaku kondisi arus kas perseroan saat ini cukup tipis, sehingga kebutuhan pendanaan cukup mendesak. Padahal, lanjutnya, kebutuhan dana ekspansi perseroan hingga lima tahun ke depan mencapai lebih kurang Rp15 triliun.
“Ini juga termasuk untuk pembangunan Bandara Kulonprogo Yogyakarta senilai Rp7 triliun, pengembangan Bandara Internasional Achmad Yani Semarang, Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin dan lain sebagainya,” tuturnya.
Dia berharap proses pendanaan yang dilakukan perseroan tersebut dapat berjalan tepat waktu. Alhasil, ketika proyek pembangunan selesai, perseroan dapat segera melakukan pembayaran ke pihak kontraktor atau pemenang tender.
Sekadar informasi, Angkasa Pura I mengelola 13 bandara a.l. Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara Juanda Surabaya, Bandara Hasanuddin Ujung Pandang, Bandara Sepinggan Balikpapan, Bandara Frans Kaisiepo Biak dan Bandara Sam Ratulangi Manado.
Kemudian, Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Adisutjipto Yogyakarta, Bandara Adisumarmo Surakarta, Bandara Selaparang Mataram, Bandara Pattimura Ambon, Bandara El Tari Kupang.