Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tersapu Pelemahan Ekonomi, Bongkar Muat di Indonesia Timur Turun 25%

Kondisi perlambatan ekonomi nasional dan goncangan ekonomi global menyebabkan penurunan volume bongkar muat barang di Kawasan Timur Indonesia mencapai 25%.
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, MAKASSAR - Kondisi perlambatan ekonomi nasional dan guncangan ekonomi global menyebabkan penurunan volume bongkar muat barang di Kawasan Timur Indonesia mencapai 25%.

Ketua Umum DPW Asosiasi Logistik dan Forwader Indonesia (ALFI/ILFA) Sulawesi Selatan Saifuddin Saharudi mengatakan industri logistik saat ini sedang lesu karena menurunnya daya beli masyarakat yang berdampak kepada penurunan kegiatan ekspor dan impor.

"ALFI S‎ulsel mencatat sejak awal tahun sampai dengan saat ini volume bongkar muat anjlok hingga 25%. Hal ini tentu membuat para pelaku usaha merasa khawatir," kata Saifuddin di sela-sela acara Forum Group Discussion Industri Kepelabuhanan di Makassar, Senin (14/9/2015).

Lebih lanjut, dia menuturkan program ekspor tiga kali lipat yang dicanangkan Pemprov Sulsel dan para pelaku usaha juga dinilai belum mampu mendongkrak pertumbuhan bisnis logistik.

Menurutnya, untuk memastikan industri bidang logistik tetap berjalan, dibutuhkan adanya campur tangan dari pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor industri sehingga memacu peningkatan jumlah komoditas yang bisa diekspor keluar negeri.

Keluhan serupa juga disampaikan oleh Ketua ALFI Kalimantan Timur, Faisal Tola yang mengatakan penurunan volume bongkar muat sebesar 25% juga dirasakan di wilayahnya.‎ "Kita perkirakan penurunan sebesar 25% ini terjadi hampir di seluruh wilayah di KTI," ujarnya.

Selain mengeluhkan penurunan volume bongkar muat. Dia juga mendesak pemerintah untuk menggenjot pembangunan infrastruktur di wilayah Timur untuk menekan tingginya biaya logistik.

Berdasarkan pengamatannya, saat ini biaya logistik yang harus ditanggung para pelaku usaha di kawasan timur jauh lebih besar jika dibandingkan dengan biaya logistik di Pulau Jawa maupun Sumatra. Menurutnya, biaya logistik yang harus ditanggung para pengusaha di KTI lebih tinggi lantaran muatan kapal balik kosong.

"Kalau di kawasan barat itu, rata-rata kapal baliknya pasti membawa muatan karena sektor industri di kawasan tersebut memang tumbuh pesat, berbeda dengan sektor industri di KTI yang masih belum tumbuh pesat," tuturnya.

‎Pada kesempatan berbeda, belum lama ini Sekretaris Perusahaan PT Pelindo IV (Persero) Abdul Rahman mengakui adanya penurunan arus bongkar muat peti kemas di pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar.

Penurunan arus bongkar muat sejak pada Semester I/2015 mengalami penurunan sekitar 15-20% jika dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama di tahun 2014 lalu.

Penurunan arus bongkar muat menyebabkan pendapatan perseroan juga mengalami penurunan. Akibatnya perusahaan memutuskan melakukan efisiensi dengan mengurangi anggaran operasional non-pelabuhan.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper