Bisnis.com, JAKARTA— Indeks manufaktur pada Agistus naik ke level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir, meski depresiasi rupiah telah mendongkrak biaya produksi.
Nikkei Indonesia Manufacturing PMI yang diterbitkan Selasa (1/9/2015) naik dari 47,3 pada Juli menjadi 48,4 pada Agustus.
Perbaikan PMI ditopang oleh perlambatan laju penurunan output, permintaan, dan pembelian bahan baku oleh industri manufaktur Indonesia
Data PMI menggambarkan perkembangan kinerja industri manufaktur Nusantara dengan angka 50 atau lebih menunjukkan ekspansi.
Sementara itu input prices index Agustus menunjukkan kenaikan harga bahan baku paling tajam sepanjang 2015. Pelaku usaha yang disurvei menyatakan kenaikan harga tersebut disebabkan oleh depresiasi rupiah yang mendongkrak harga bahan impor.
“Sayangnya kurs yang lemah tidak mampu mendorong permintaan dari luar negeri. Kenaikan harga bahan baku impor menyebabkan inflasi biaya paling tajam sepanjang tahun,” kata Pollyana De Lima, Ekonom Markit
.Nikkei Indonesia Manufacturing PMI
Bulan | Indeks PMI |
Agustus | 48,4 |
Juli | 47,3 |
Juni | 47,8 |
Mei | 47,1 |
April | 46,7 |
Sumber: Markit Economics