Bisnis.com, BANDUNG--Sedikitnya 3.387 hektare (ha) sawah di Kabupaten Bandung terancam puso sebagai akibat sergapan El Nino yang sudah terjadi sejak awal Juni lalu.
Sekda Kabupaten Bandung Sofian Nataprawira mengatakan ancaman terparah terjadi di Kecamatan Baleendah seluas 385 ha dan Kecamatan Ciparay 450 ha.
“Adapun sawah yang sudah puso seluas 70 ha masing-masing di Kecamatan Baleendah seluas 62 ha dan Kecamatan Katapang 8 ha,” ujarnya, Kamis (30/7/2015).
Dia mengatakan untuk mengantisipasi puso yang semakin meluas, pihaknya telah menyiagakan lebih dari 200 pompa penyedot air yang bisa dimanfaatkan oleh kelompok tani.
“Kami meminta SKPD terkait dan camat untuk terus melakukan koordinasi agar kerugian masyarakat pada musim kemarau sekarang tidak berdampak luas. Terutama dalam mengawasi bantuan pompa,” ujarnya.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh (BKPPP) Kabupaten Bandung Dadang Hermawan menambahkan sawah puso itu tidak terlalu berpengaruh terhadap ketersediaan pangan khususnya beras di Kabupaten Bandung.
Dia memperhitungkan jika rerata per ha menghasilkan 6 ton, maka akan kehilangan padi sebanyak 420 ton.
"Kehilangan sebanyak itu, dampaknya masih kecil mengingat Kabupaten Bandung memiliki stok beras dan gabah saat ini sebanyak 118.798 kg, ditambah stok untuk tahun ini sebanyak 93.600 kg. Jadi masih sangat aman," kata Dadang.
Ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung, menurutnya, terdiri dari cadangan pangan pemerintah daerah dan cadangan pangan masyarakat yang tersimpan di sejumlah lumbung pangan.
Kendati demikian, pihaknya sudah mengantisipasi jika terjadi kenaikan harga beras akibat musim kemarau.
"Kami telah melakukan koordinasi dengan Bulog untuk melakukan operasi pasar jika ada kenaikan harga beras terlampau tajam," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Energi (SDAPE) Kabupaten Bandung Kawaludin berjanji akan turun dengan melakukan pengaturan irigasi pada musim kering lewat upaya gilir giring.
Hal ini mesti dilakukan, mengingat debit aliran sungai yang dimanfaatkan irigasi mengalami penurunan sebesar 40%.
"Untuk itu kami harap petani tidak melakukan hal yang tidak diinginkan ketika pengaturan irigasi ini diberlakukan,” ujarnya.
Secara terpisah, Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (KHTI) Jawa Barat Entang Sastraatmadja meminta ke depan pemerintah memperbanyak penelitian terhadap varietas padi yang tahan terhadap musim kemarau.
Dia beralasan selama ini varietas padi yang ada sudah sulit bertahan saat musim kemarau.
Menurutnya, pemerintah harus menyediakan anggaran yang cukup besar agar penelitian bisa dilakukan secara berkelanjutan.
“Pemerintah harus memperbesar anggaran penelitian teknologi pertanian, guna mengakhiri ketergantungan produktivitas pertanian terhadap cuaca,” ujarnya.